Khutbah Jum’at – Umat Islam Harus Siap Berkorban


Pengorbanan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh setiap manusia, tidak ada seorang pun dalam hidupnya yang tidak pernah melakukan pengorbanan. Ada yg mengorbankan sebagian besar waktunya, pergi pagi pulang petang, untuk memperoleh uang. Begitu pula ada yg mengorbankan uangnya untuk mendapatkan jabatan, pekerjaan, atau kesenangan yg lain.
Pengorbanan dapat dikatakan benar menurut akal sehat jika memenuhi dua syarat:
Pertama, jika mashlahat yg ingin kita raih lebih besar daripada sesuatu yg kita korbankan. Adalah merupakan kebodohan kalau ada yang mengorbankan sesuatu yang berharga hanya untuk mendapatkan sesuatu yg hina.
Kedua, kerugian/madharat yang akan kita tanggung lebih besar daripada apa yg kita korbankan.
Ma’âsyiral muslimîn rahîmakumullâh
Dalam pandangan Islam, tidak ada kemashlahatan yang lebih besar selain dengan menta’ati Allah guna meraih ridho-Nya. Tidak ada kemudlorotan dan kecelakaan yang lebih besar dari pada mendapatkan murka Allah SWT. Tolok ukur keberislaman seseorang adalah sejauhmana pengorbanan yang bisa dia berikan demi menjalankan dan memperjuangkan tegaknya syari’ah Allah SWT, juga sejauh mana pengorbanan yg mampu dia berikan untuk menghindari larangan-Nya.
Ma’âsyiral muslimîn rahîmakumullâh
Sebuah pengorbanan yang luar biasa, dicontohkan oleh keluarga Ibrahim a.s. Bagaimana tidak, putra yang sudah dinantikan dan didambakan kelahirannya, yang diharapkan kelak menjadi penerus keturunan dan perjuangannya, yang baru tumbuh menjadi pemuda yang cerdas, tampan, dan menawan, justru diperintahkan oleh Allah Swt untuk disembelih. Nabi Ibrahim dan Hajar bersedia mengorbankan anaknya, Ismail mengorbankan nyawanya semua dilakukan hanya untuk mengabdi kepada Allah Swt.
Pengorbanan untuk menghindari kemurkaan Allah juga dicontohkan oleh Nabi Yusuf as. Beliau harus rela dipenjara hanya karena tidak mau berbuat maksiyat dengan wanita cantik dan terhormat, yakni majikannya sendiri. Allah abadikan kisah ini dalam Al Qur’an:
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ
Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” Yusuf 33.
Ma’âsyiral muslimîn rahîmakumullâh
Dua kejadian tersebut merupakan cermin bagi kita untuk berkaca, sudahkah kita mengorbankan sebagian kesenangan kita untuk taat kepada Allah? Sudahkah kita siap menerima resiko untuk menghindari perbuatan maksiyat kepada Allah? Bandingkan pengorbanan kita kepada profesi, jabatan dan pekerjaan kita dengan pengorbanan kita kepada Allah.
Setiap hari kita bisa memberikan 1/3 dari waktu kita bahkan lebih, tenaga, pikiran dan berbagai potensi kita untuk mendapatkan kemashlahatan berupa gaji atau penghasilan lainnya. Apakah gaji dan imbalan yang kita terima telah setimpal dengan pengorbanan yang kita berikan kepada profesi kita?
Jika kita sudah merasa puas dg yang kita peroleh dari pengorbanan kepada profesi kita, mungkinkah kita dapat menikmati penghasilan dan fasilitas yang kita dapatkan bila Allah mencabut satu saja kenikmatan-Nya dari kita? Mencabut kemampuan lidah kita untuk merasa, atau mencabut kemampuan telinga atau mata kita?
قُلْ هُوَ الَّذِي أَنشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ
“Katakanlah: ‘Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati.’ (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.” (Qs. Al-Mulk: 23)
Ma’âsyiral muslimîn rahîmakumullâh
Kalau untuk mendapatkan penghasilan dan fasilitas didunia kita bisa mengorbankan waktu, tenaga, & pikiran kita, padahal yang kita dapatkan itupun belum tentu bisa kita nikmati kalau Allah mencabut saja salah satu fungsi organ tubuh kita, maka sungguh sangat logis jika seorang muslim mengorbankan apa saja untuk ta’at kepada Allah SWT, karena apa yang dikorbankan itupun hakikatnya adalah pemberian Allah, dan Dia akan menggantinya, disamping itu Allah menyediakan balasan yg jauh sangat lebih besar, bahkan dari dunia dan isinya sekalipun. Dalam hadits qudsy Allah berkata:
أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ، مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ، وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ. قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ:اقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ: {فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ} [السجدة: 17] ”
“Aku telah siapkan untuk hamba-hamba-Ku yang shaleh, kenikmatan yang tiada mata yang pernah menyaksikannya, tiada telinga yang pernah mendengarnya, dan tiada pernah terbetik dalam hati manusia. ” Abu Hurairah r.a berkata: Bila kalian mau, silahkan baca firman Allah: “{Tiada seorangpun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata}” (Muttafaqun ‘alaih).
Pantaskah kita merasa ringan dalam menjalani profesi pekerjaan kita, namun merasa berat untuk menjalankan aturan-aturan Allah SWT, merasa berat membela dan memperjuangkan tegaknya syari’ah-Nya dalam kehidupan kita ini. Padahal Allah SWT berfirman
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu.”(Qs. Al Baqarah: 208)
Berkenaan dg ayat ini Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan:
يَقُولُ تَعَالَى آمِرًا عِبَادَهُ الْمُؤْمِنِينَ بِهِ الْمُصَدِّقِينَ بِرَسُولِهِ: أنْ يَأْخُذُوا بِجَمِيعِ عُرَى الْإِسْلَامِ وَشَرَائِعِهِ، وَالْعَمَلِ بِجَمِيعِ أَوَامِرِهِ، وَتَرْكِ جَمِيعِ زَوَاجِرِهِ مَا اسْتَطَاعُوا مِنْ ذَلِكَ.
Allah Ta’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman kepada-Nya dan percaya dengan para utusan-Nya, agar dengan sekuat daya dan upaya mereka mengamalkan seluruh ikatan Islam, dan syari’atnya. Hendaknya mereka mengamalkan seluruh perintah dan meninggalkan seluruh larangan segenap kemampuan mereka”
Semoga Allah swt menjadikan kita orang-orang yang sanggup dan senang berkorban untuk mentaati dan memperjuangkan semua perintah-Nya, menguatkan kita dalam meninggalkan semua larangan-Nya, dan menjadikan kita ridho dengan segala ketentuan-Nya
.
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: