2015
blog ini berisikan bebagai artikel,seperti softwer,aplikasi komputer ,keutamaan,renungan,hadits,kutbah jumat,kata mutiara, cerama,
Tokoh Sufi, Rabiah Al-Adawiyah terlahir dari sebuah keluarga yang serba kekurangan, namun dia muncul menjadi sosok sufi wanita terkenal yang selalu dielu-elukan karomahnya oleh golongan pengikut ahli tasawuf ini.
Tokoh wanita yang satu ini lebih dikenal sebagai seorang pendiri “agama cinta” (mahabbah) dan ia pun dikenang sebagai “ibu para Sufi besar” (The Mother of the Grand Master). maka dibawah ini saya sarikan beberapa Syair Cinta Sufi Rabiah Al-Adawiyah Al-Bashriah, semoga dapat mempertebal rasa kecintaannya kepada Sang Maha Pecinta.
KUMPULAM SYAIR RABIAH AL-ADAWIYAH


Ya Allah, apa pun yang akan Engkau
Karuniakan kepadaku di dunia ini,
Berikanlah kepada musuh-musuhMu
Dan apa pun yang akan Engkau
Karuniakan kepadaku di akhirat nanti,
Berikanlah kepada sahabat-sahabatMu
Karena Engkau sendiri, cukuplah bagiku


Aku mengabdi kepada Tuhan
Bukan karena takut neraka
Bukan pula karena mengharap masuk surga
Tetapi aku mengabdi,
Karena cintaku padaNya
Ya Allah, jika aku menyembahMu
Karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya
Dan jika aku menyembahMu
Karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya
Tetapi, jika aku menyembahMu
Demi Engkau semata,
Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajahMu
Yang abadi padaku


Syair 4
Ya Allah
Semua jerih payahku
Dan semua hasratku di antara segala
Kesenangan-kesenangan
Di dunia ini, adalah untuk mengingat Engkau
Dan di akhirat nanti, diantara segala kesenangan
Adalah untuk berjumpa denganMu
Begitu halnya dengan diriku
Seperti yang telah Kau katakana
Kini, perbuatlah seperti yang Engkau Kehendaki


Aku mencintaiMu dengan dua cinta
Cinta karena diriku dan cinta karena diriMu
Cinta karena diriku, adalah keadaan senantiasa mengingatMu
Cinta karena diriMu, adalah keadaanMu mengungkapkan tabir
Hingga Engkau ku lihat
Baik untuk ini maupun untuk itu
Pujian bukanlah bagiku
BagiMu pujian untuk semua itu



Buah hatiku, hanya Engkau yang kukasihi
Beri ampunlah pembuat dosa yang datang kehadiratMu
Engkaulah harapanku, kebahagiaan dan kesenanganku
Hatiku telah enggan mencintai selain dari Engkau


Syair 7
Hatiku tenteram dan damai jika aku diam sendiri
Ketika Kekasih bersamaku
CintaNya padaku tak pernah terbagi
Dan dengan benda yang fana selalu mengujiku
Kapan dapat kurenungi keindahanNya
Dia akan menjadi mihrabku
Dan rahasiaNya menjadi kiblatku
Bila aku mati karena cinta, sebelum terpuaskan
Akan tersiksa dan lukalah aku di dunia ini
O, penawar jiwaku
Hatiku adalah santapan yang tersaji bagi mauMu
Barulah jiwaku pulih jika telah bersatu dengan Mu
O, sukacita dan nyawaku, semoga kekallah
Jiwaku, Kaulah sumber hidupku
Dan dariMu jua birahiku berasal
Dari semua benda fana di dunia ini
Dariku telah tercerah
Hasratku adalah bersatu denganMu
Melabuhkan rindu

 Tuhanku, tenggelamkan aku dalam cintaMu
Hingga tak ada satupun yang mengganguku dalam jumpaMu
Tuhanku, bintang gemintang berkelip-kelip
Manusia terlena dalam buai tidur lelap
Pintu pintu istana pun telah rapat
Tuhanku, demikian malam pun berlalau
Dan inilah siang datang menjelang
Aku menjadi resah gelisah
Apakah persembahan malamku, Engkau terima
Hingga aku berhak merengguk bahagis
Ataukah itu Kau tolak, hingga aku dihimpit duka,
Demi kemaha kuasaanMu
inilah yang akan selalau ku lakukan
Selama Kau beri aku kehidupan
Demi kemanusianMu,
Andai Kau usir aku dari pintuMu
Aku tak akan pergi berlalu
Karena cintaku padaMu sepenuh kalbu


Sendiri daku bersama Cintaku
Waktu rahasia yang lebih lembut dari udara petang
Lintas dan penglihatan batin
Melimpahkan karunia atas doaku
Memahkotaiku, hingga enyahlah yang lain, sirna
Antara takjub atas keindahan dan keagunganNya
Dalam semerbak tiada tara
Aku berdiri dalam asyik-masyuk yang bisu
Ku saksikan yang datang dan pergi dalam kalbu
Lihat, dalam wajahNya
Tercampur segenap pesona dan karunia
Seluruh keindahan menyatu
Dalam wajahNya yang sempurna
Lihat Dia, yang akan berkata
“Tiada Tuhan selain Dia, dan Dialah Yang maha Mulia.”


Rasa riangku, rinduku, lindunganku,
Teman, penolong dan tujuanku,
Kaulah karibku, dan rindu padaMu
Meneguhkan daku
Apa bukan padaMu aku ini merindu
O, nyawa dan sahabatku
Aku remuk di rongga bumi ini
Telah banyak karunia Kau berikan
Telah banyak..
Namun tak ku butuh pahala
Pemberian ataupun pertolongan
CintaMu semata meliput
Rindu dan bahagiaku
Ia mengalir di mata kalbuku yang dahaga
Adapun di sisiMu aku telah tiada
Kau bikin dada kerontang ini meluas hijau
Kau adalah rasa riangku
Kau tegak dalam diriku
Jika akku telah memenuhiMu
O, rindu hatiku, aku pun bahagia
blog ini berisikan bebagai artikel,seperti softwer,aplikasi komputer ,keutamaan,renungan,hadits,kutbah jumat,kata mutiara, cerama,
 KITA SEBAGAI ORANG YANG BERIMAN HARUS BERBAHAGIA

Umar bin Rosyid At Taimi kehilangan sesuatu dan dia merasa sedih, kemudian datanglah Sufyan bin Uyainah yg mengetahui keadaan Umar dan berkata :
" janganlah bersedih, ketahuilah bahwa jika itu adalah rizkimu maka akan kembali kepadamu ."
" Berbahagialah wahai Sufyan karena malaikat hamalatul 'arsy mendoakanmu ."
Umar : " malaikat hamalatul 'arsy mendoakanku ? "
Sufyan : " benar , Nabi Nuh alaihis salam juga mendoakanmu ."
Umar : " Nabi Nuh alaihis salaam mendoakanku ? "
Sufyan : " benar, Nabi Ibrahim alaihis salaam juga mendoakanmu ."
Umar : " Nabi Ibrahim alaihis salaam mendoakanku ? "
Sufyan : " benar, Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam juga mendoakanmu ."
Umar : " Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam mendoakanku ? "
Sufyan : " Benar ."
Sufyan : " apakah kau tdk mendengar firman Allah ta'ala :
(surat al mukmin ayat 7)
Sufyan : " apakah kau tdk mendengar firman Allah ta'ala :
(surat nuh ayat 28)
Sufyan : " apakah kau tdk mendengar firman Allah ta'ala :
(surat Ibrahim ayat 41)
Sufyan : " apakah kau tdk mendengar firman Allah ta'ala :
(surat Muhammad ayat 19)

kemudian Sufyan melanjutkan :
Umar : " dimana mereka mendoakanku ?"
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا
" Malaikat-malaikat yang memikul `Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman "
Umar :" mana doanya Nabi Nuh alaihis salaam ? "
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
" Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan."
Umar : " mana doanya Nabi Ibrahim alaihis salaam ? "
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الحِسَابَ
" Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)".
Umar : " mana doanya Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam ?" 
وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
" mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi dosa orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan."
blog ini berisikan bebagai artikel,seperti softwer,aplikasi komputer ,keutamaan,renungan,hadits,kutbah jumat,kata mutiara, cerama,
 ROBI'AH BINTI ISMA'IL ASY-SYAMIYAH ULAMA SUFI WANITA

Sufi wanita yang satu ini adalah sufi wanita yang dapat di jadikan contoh oleh para muslimah tentang bagaimana menjadi seorang istri sholihah bagi suaminya. Ia pernah berkata kepada suaminya yang sedang diliputi perasaan duka dan sedih dengan perkataan yang menghibur, “Kalau yang kamu sedihkan berhubungan dengan urusan akhirat, sesungguhnya hal itu sangat menguntungkan bagimu, tetapi jika yang kau sedihkan berhubungan dengan urusan dunia, sama sekali aku tidak membebanimu dengan perkara yang berat”.

Tidak sampai disini teladan yang baik sebagai istri yang sholihah diperlihatkannya. Dalam kisah yang lain, di sebutkan bahwa Abu Husain Ahmad bin Abu Hawari mempunyai istri lain selain Rabi’ah binti Ismail As-Syamiyah. Suatu ketika Rabi’ah memasak makanan yang enak. Masakan itu di beri campuran aroma yang harum. Setelah masak dan menyantap makanan itu, Rabi’ah berkata pada suaminya: “Pergilah kamu ke istri yang lain dengan tenaga yang baru”.

Rabi’ah yang satu ini memang mirip dengan Rabi’ah al Adawiyah yang berdomisili di bashrah. Rabi’ah Asy Syamiyah ini setelah menunaikan shalat ‘Isya ia berdandan lengkap dengan busananya. Setelah itu baru mendekati tempat tidur suaminya. Ia tawarkan pada suaminya, “Apakah malam ini kamu membutuhkan kehadiranku atau tidak”.

Jika suaminya sedang berhasrat untuk menggaulinya, maka ia melayaninya hingga puas. Kalau malam itu suaminya sedang tidak berminat menggaulinya, maka ia menukar pakaian yang ia kenakan tadi dan berganti dengan pakaian lain yang digunakan untuk beribadah. Malam itu ia tenggelam di tempat shalatnya hingga subuh. Rabi’ah binti Isma’il Asy Syamiyah bersuamikan Ahmad bin Abu Huwari itu memang dikehendaki Rabi’ah sendiri. Ia pula yang pertama-tama melamar syeikh Ahmad supaya berkenan memperistri dirinya.

Kisahnya bermula dari kematian suami Rabi’ah binti Ismail Asy-Syamiyah yang meninggalkan harta warisan yang sangat besar. Ia kesulitan menafkahkan harta itu,mengingat ia seorang wanita yang terbatas gerakannya. Maka ia bermaksud melamar syeikh Ahmad, dengan tujuan agar dapat menasarufkan (menghibahkan) hartanya demi kepentingan Islam dan diberikan kepada orang orang yang membutuhkan. Yang demikian itu karena Rabi’ah binti Ismail memandang syeikh Ahmad sebagai orang yang dapat menjalankan amanat, sedang Rabi’ah sendiri seorang yang adil.

Cinta Dan Rasa Takut Robi’ah as Syamiyah

Ahmad bin Abu Hawari mengatakan bahwa istrinya adalah seorang wanita yang pikirannya saling mengalahkan antara dua hal. Terkadang dia tampak dipengaruhi oleh cinta sementara di suatu waktu dia dipengaruhi oleh ketakutan.

Ketika dia berada dalam pengaruh kasih sayang, dia akan bergumam sendiri :”Aku telah membuatmu tersangkut dalam hatiku dan berbicara sendiri dalam pergaulanku. Aku sendiri adalah untuk hidupku dan hati adalah tempat bagi teman yang sesungguhnya. “

Ketika dipengaruhi cinta, dia akan membacakan puisi cinta seperti :”Dia adalah teman yang tiada bandingannya, Kasih-Nya menempati seluruh hatiku. Teman yang membuka penglihatanku tetapi tidak pernah hilang dari hati dan pikiranku. “

Ketika dalam pengaruh ketakutan, dia akan berkata :”Aku memiliki ketentuan atas perjalananan yang kurang dari cukup. Haruskan aku mencoba lebih sedikit atau lebih banyak mengatur perjalanan. Akankah aku akan dibakar oleh api nerakaMu, manakah yang paling aku suka. Kemudian dimanakan akan aku letakkan rasa harap dan takut ?”.

Ahmad bercerita bahwa dia berkata pada istrinya : “Aku tidak pernah melihat orang yang berdoa yang seperti itu dan shalat tahajjud sepanjang malam".
”Kemuliaan hanya untuk Allah. Seseorang yang berkata sebagaimana kamu berbicara. Aku bangkit untuk beribadah diakhir malam ketika aku di panggil.“ Jawab Robi'ah as syamiyah.

Lebih lanjut, Ahmad berkata, “Suatu hari, aku akan makan pada saat melakukan ibadah ketika dia mulai menasehatiku. Aku berkata, “Biarkan aku makan terlebih dahulu. Dia berkata bahwa berbicara tentang akhirat seharusnya tidak mengganggu orang-orang seperti kita. Kemudian ia berkata bahwa setelah dia melihatku sebagai saudara bukan sebagai seorang suami, segera melayaniku secara khusus untuk mempersiapkan piring.
Dia pernah berkata bahwa ia dapat melihat jin dan bidadari.

Ketika mendapat lamaran dari Rabi’ah.

Syeikh Ahmad berkata, “Demi Allah, sesungguhnya aku tidak berminat lagi untuk menikah. Sebab aku ingin berkonsentrasi untuk beribadah”.
Rabi’ah menjawab, “Syeikh Ahmad, sesungguhnya konsentrasiku dalam beribadah adalah lebih tinggi dari pada kamu. Aku sendiri sudah memutuskan untuk tidak menikah lagi. Tetapi tujuanku menikah kali ini tidak lain adalah agar dapat menasarufkan harta kekayaan yang kumiliki kepada saudara-saudara yang muslim dan untuk kepentingan Islam sendiri. Akupun mengerti bahwa engkau itu orang yang shalih, tapi justru dengan begitu aku akan memperoleh keridhaan dari Allah”.

Syeikh Ahmad berkata, “Baiklah, tapi aku minta waktu, Aku hendak meminta izin dari Guruku”. Lalu syeikh Ahmad menghadap gurunya, yakni Syeikh Abu Sulaiman Ad Darani. Sebab gurunya itu dulu pernah melarang dirinya untuk menikah lagi. Katanya: “Setiap orang yang menikah, sedikit atau banyak pasti akan terjadi perubahan atas dirinya”. Tetapi setelah Abu Sulaiman mendapat penjelasan dari muridnya mengenai rencana Rabi’ah, ia berkata: “Kalau begitu nikahilah Ia. Karena perempuan itu seorang wali”.

Rabi’ah binti Ismail Asy-Syamiyyah adalah sufi wanita yang berjaga sepanjang malam untuk beribadah dan berpuasa pada siang harinya. Ketika ia mendengar panggilan untuk beribadah shalat, ia menyamakan panggilan itu dengan tiupan terompet malaikat Isrofil tanda kiamat besar terjadi. Bila cuaca sedang panas, maka ia menyamakannya dengan panasnya neraka.

Suaminya ibn Abi Al-Hawari termasuk sebagai suami yang pengertian. Dia memberitahukan padanya bahwa dia mencintainya sebagaimana ia mencintai saudara laki-lakinya. Ini bermakna bahwa dia tidak memerlukan kebutuhan yang bersifat fisik dari suaminya. Dia juga mengatakan bahwa seseorang yang tenggelam dalam beribadah, Allah akan membuka tabir kesalahannya sebelumnya dan ketika seseorang mengetahuinya maka ia tidak memiliki perhatian terhadap masalah yang lain.
Dia merasa heran bahwa ia dapat melihat jin dan bidadari yang seseorang tidak dapat melihatnya dalam keadaan normal.
blog ini berisikan bebagai artikel,seperti softwer,aplikasi komputer ,keutamaan,renungan,hadits,kutbah jumat,kata mutiara, cerama,
TATA CARA MEMBAWA JENAZAH DAN MENGANTARNYA

  1. Wajib membawa jenazah dan mengantarnya, karena hal itu adalah hak seorang muslim yang mati terhadap kaum muslimin yang lain.
  2. Mengikuti jenazah ada dua tahap :
  1. Mengikuti dari keluarganya sampai dishalati
  2. Mengikuti dari keluarganya sampai selesai penguburannya, dan inilah yang lebih utama
  1. Mengikuti jenazah hanya dibolehkan bagi laki-laki, tidak dibolehkan bagi wanita, karena Nabi صلی الله عليه وسلم melarang wanita mengikuti jenazah.
  2. Tidak dibolehkan mengikuti jenazah dengan cara-cara sambil menangis, begitu pula membawa wangi-wangian dan sebagainya. (Termasuk dalam kategori ini amalan orang awam sambil membaca: "Wahhiduul -Ilaaha" atau jenis dzikir-dzikir lainnya yang dibuat-buat.
  3. Harus cepat-cepat dalam membawa jenazah dalam arti tidak berlari-lari.
  4. Boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya (ini yang lebih afdhal), boleh juga di samping kanannya atau kirinya dengan posisi dekat dengan jenazah, kecuali yang berkendaraan maka mengikuti dari belakang. (Perlu diketahui bahwa berjalan lebih afdhal dari pada berkendaraan).
  5. Boleh pulang berkendaraan setelah menguburkan mayat, tidak makruh.
  6. Adapun membawa jenazah di atas kereta khusus atau mobil ambulance, kemudian orang-orang yang mengantarnya juga memakai mobil, maka hal ini termasuk tidak disyari'atkan, karena ini adalah kebiasaan orang-orang kafir, serta menghilangkan nilai-nilai yang terkandung dalam pengantaran jenazah yaitu mengingat-ingat akhirat, lebih-lebih lagi karena hal itu menjadi penyebab terkuat berkurangnya pengantar jenazah dan hilang kesempatan orang-orang yang ingin mendapatkan pahala. (Kecuali dalam keadaan darurat maka boleh memakai mobil).
  7. Berdiri untuk menghormati jenazah hukumnya mansukh (dihapuskan), oleh karena itu tidak boleh lagi diamalkan.
  8. Dianjurkan bagi yang membawa jenazah supaya berwudhu, tapi ini tidak wajib.
Tulisan ini hanya ringkasan dari "Ahkaamul Janaaiz wa Bid'ihaa"  karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani رحمه الله yang diringkas Muridnya Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid dan tidak memuat dalil-dalil semua permasalahan secara terperinci. Maka barangsiapa di antara pembaca yang ingin mengetahui dalil-dalil setiap pembahasan dipersilahkan membaca kitab aslinya
blog ini berisikan bebagai artikel,seperti softwer,aplikasi komputer ,keutamaan,renungan,hadits,kutbah jumat,kata mutiara, cerama,

Kata Bijak Motivasi  Inspirasi untuk Kehidupan

Dalam kehidupan tiada yang abadi, karena untuk setiap 'Selamat Datang' akan selalu diakhiri dengan 'Selamnat Tinggal'

Waktu tidak pernah cukup bagi manusia untuk melakukan semua kesalahan, jadi belajarlah dari kesalahan-kesalahan orang lain.

Kamu bisa memiliki apa pun yang diinginkan jika kamu mampu menghilangkan keyakinan bahwa tdk mungkin mendapatkannya.

Kita menghargai hidup kita saat kita menghargai hidup orang lain.

Setiap detik kehidupan ibarat gambar yang belum pernah terlihat, dan gambar yang tidak akan pernah tampak kembali. Hanya orang-orang yang bersyukur yang mampu menikmati setiap sedih - susah - senang - deritanya sebagai momen yang berharga.

Sepeda pun harus terus dikayuh agar bisa terus berjalan. Begitu pula kehidupan, harus terus ditempa dan terus maju kedepan.

Penyesalan selalu datang diakhir, karena jika datang diawal maka manusia tak akan pernah bisa berkembang dan bangkit. Manusia hidup dan belajar dengan melakukan kesalahan.

Senyuman dan kelembutan adalah kekuatan dasyat yang mampu meluluhkan besi yang keras, menumpulkan pedang yang tajam, menruntuhkan tembok yang tinggi dan mendinginkan hati yang terbakar.

Hanya orang-orang bodoh yang merasa Tuhan ada di sampingnya, karena orang-orang bijak selalu berusaha mencari dan mendekatkan diri kepada Tuhannya.

Lembutkan hati dengan belajar dan mengkaji beragam

Hanya manusia-manusia dengan kekuatan yang besar yang mampu mengucapkan kata MAAF saat melakukan kesalahan, dan memaafkan orang yang bersalah padanya dengan tulus.

Kesuksesan orang lain diraih bukan dari malas dan berlaha-leha, namu dengan keringat tekat dan kerja keras

Jika kita mencoba melakukan yang lebih baik daripada yang kita pikir bisa kita lakukan, kita akan terkejut bahwa sebenarnya kita bisa melakukan hal itu.

Orang yg pantas ditangisi tidak akan membuatmu menangis, dan orang yg membuatmu menangis tidak pernah pantas buat kau tangisi.

Ketidakbisaan hanya dimiliki orang-orang yang gagal. Tidak pernah ada kata tidak bisa, walau harus sejuta kali mencoba.

Manusia sempurna adalah bukan manusia yang tanpa salah, tapi manusia yang bisa belajar dari kesalahannya untuk mencapai kesempurnaan.

Seseorang menangis, bukan karena ia lemah. Tetapi karena ia sudah terlalu lama kuat.

Saat kamu terjatuh, tersenyumlah. Karena jatuhmu itu adalah tanda awal kesuksesanmu.

Semoga hadir semangat dan motivasi dan inspirasi baru dengan membaca kata-kata bijak motivasi inspirasi diatas. Merenungkan dan menjadi arif dalam bersikap dalam menjalani setiap detik perjalanan kita akan membawa dampak besar bagi kehidupan kita, setidakknya akan menjadi pribadi yang lebih kuat dan lebih bijak dalam segala aspek kehidupan. *Amien*
blog ini berisikan bebagai artikel,seperti softwer,aplikasi komputer ,keutamaan,renungan,hadits,kutbah jumat,kata mutiara, cerama,
anjuran Membiasakan Berbuat Baik untuk kehidupan

Didalam melihat jalan hidup masyarakat di sekitar kita, bisa kita lihat bahwa beberapa orang mempunyai kecenderungan tertentu. Orang yang terbiasa berbuat maksiyat, maka dari hari kehari dia akan semakin terjerumus kedalam lembah yang hitam. Sebaliknya orang yang suka sholat berjamaah ke masjid, maka dia akan ramah ke tetangganya, rutin berinfaq dan bahagia kehidupan keluarganya.
Semakin seseorang memperbanyak dan membiasakan berbuat baik, maka semakin banyak terbuka pintu-pintu kebaikan yang lain. Hal ini sesuai dengan hadits qudsi diatas bahwa semakin tinggi intensitas dan kualitas ibadah kita kepada Allah SWT maka semakin dekatlah kita dengan-Nya.

Salah satu kunci kesuksesan hidup kita adalah bagaimana kita membiasakan berbuat baik. Semakin kita terbiasa berbuat baik, maka semakin mudah jalan kita untuk mencapai kebahagiaan hidup. Agar manusia terbiasa beribadah, maka beberapa ibadah dilakukan berulang dalam kurun waktu tertentu seperti sholat lima kali dalam sehari, puasa sunnah dua kali seminggu dan sholat jum’at sekali sepekan.

Permasalahan awal yang biasanya ditemukan dalam melakukan sesuatu yaitu dalam memulainya. Memulai suatu aktifitas terkadang lebih berat dibandingkan ketika melaksanakannya. Maka ketika kita mendorong mobil yang mogok, akan diperlukan tenaga yang besar saat sebelum mobil bergerak. Setelah mobil tersesebut bergerak, diperlukan daya dorong yang kecil. Ada juga sifat kita yang menunda perbuatan baik, padahal perbuakan baik janganlah ditunda. Kalau kita ada keinginan untuk menunda, maka tundalah untuk menunda. Hal ini seperti yang disampaikan Rasulullah saw:

Dalam suatu hadits qudsi, Allah SWT berfirman “Jikalau seseorang hamba itu mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta dan jikalau ia mendekal padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa. Jikalau hamba itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas.” (HR. Bukhari)

“Bersegeralah untuk beramal, jangan menundanya hingga datang tujuh perkara. Apakah akan terus kamu tunda untuk beramal kecuali jika sudah datang: kemiskinan yang membuatmu lupa, kekayaan yang membuatmu berbuat melebihi batas, sakit yang merusakmu, usia lanjut yang membuatmu pikun, kematian yang tiba-tiba menjemputmu, dajjal, suatu perkara gaib terburuk yang ditunggu, saat kiamat, saat bencana yang lebih dahsyat dan siksanya yang amat pedih.” (HR. Tirmidzi)

Salah satu cara untuk mempermudah kita dalam memulai suatu amal ibadah adalah dengan mengetahui akan besarnya manfaat yang akan dirasakan. Segala hambatan atau godaan untuk tidak melaksanakan kebaikan tersebut akan bisa dilewatkan dengan keyakinan yang kuat. Oleh sebab itu, kita wajib untuk mencari ilmu tentang fadhilah (kelebihan) dari suatu amalan atau ibadah. Bahkan untuk menguatkan hati, kita juga perlu mencari ilmu secara berulang kali. Bahkan beberapa pengulangan dalam Al Quran digunakan agar manusia semakin ingat.

“Dan sesungguhnya dalam Al Quran ini Kami telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari.” (QS. Al Israa’ 41)
Jadi, mulailah perbuatan baik yang ingin anda lakukan sekarang dan jangan ditunda. Kalau belum yakin, perluas dan perdalam ilmu agar kita semakin yakin.
Wallahu a’lam bish showab.

blog ini berisikan bebagai artikel,seperti softwer,aplikasi komputer ,keutamaan,renungan,hadits,kutbah jumat,kata mutiara, cerama,

Mari kita perhatikan  hadits Nabi saw.:

وَ اللهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَادَامَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ اَخِيْهِ ـ رواه مسلم و ابو داود و الترمذى

Artinya: “Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong sesama saudaranya.” (H.R. Muslim, Abu Daud, dan Turmuzi).

    Selanjutnya Allah menegaskan, “niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” Artinya ada orang yang akan diangkat derajatnya oleh Allah, yaitu orang yang beriman dan orang yang berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat. Orang yang beriman dan orang yang berilmu pengetahuan akan nampak arif bijaksana, jiwa dan matanya akan memancarkan cahaya. Iman dan ilmu akan membuat orang mantap dan agung. Orang yang beriman dan berilmu (tidak terbatas kepada ilmu yang berkaitan dengan ubudiyah tapi juga yang dapat memberi manfaat untuk kemaslahatan umat) akan memperoleh derajat yang tinggi baik di dunia maupun di akhirat. Kita bisa saksikan, orang-orang yang menguasai dunia ini adalah orang-orang yang berilmu. Mereka dengan mudah mengumpulkan harta benda, mempunyai kedudukan, dan dihormati orang. Ini satu petanda Allah meninggikan derajatnya.
BEBERAPA DALIL TENTANG MENUNTUT ILMU


       Jadi antara iman dan ilmu harus selaras dan seimbang sehingga jika menjadi ulama, ia menjadi ulama yang berpengetahuan luas. Jika ia menjadi dokter maka akan menjadi dokter yang beriman. Jika ia menjadi insinyur maka akan menjadi insinyur yang beriman dan sebagainya. Kemudian di akhir ayat dikatakan: “dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Allah mengetahui segala perbuatan manusia, tidak ada yang samar bagi-Nya. Siapa yang taat dan siapa yang durhaka, Dia akan membalas semua amal perbuatan manusia. Orang yang berbuat baik dibalas dengan akibat kebaikannya dan yang durhaka akan dibalas sesuai dengan kedurhakaannya.

Surah al-Mujadilah ayat 11

يَآيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْآ اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجَلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ اَمَنُوْا مِنْكُمْ وَ الَّذِيْنَ اُوْتُوْا الْعِلْمَ دَرَجَتٍ وَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ـ المجادلة

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis.” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu.” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujadilah: 11).

Penjelasan Ayat

      Surah al-Mujadilah ayat 11 menerangkan tentang etika (sopan santun) bila berada dalam suatu majlis dan kedudukan orang yang beriman, serta orang yang berilmu pengetahuan.

        Ayat ini turun berkenaan dengan suatu peristiwa, yaitu Rasulullah saw. pada suatu hari, yakni hari Jumat sedang beada di Shuffah (yaitu ruang tempat berkumpul dan sesekali dijadikan tempat tinggal sementara sahabat yang tidak mempunyai rumah tangga). Tempat itu agak sempit. Para sahabat baik dari kalangan Anshar maupun Muhajirin telah berkumpul mengelilingi Rasulullah saw. Beberapa orang sahabat yang mengikuti perang Badar telah hadir. Kemudian datang pula yang lain. Mereka yang baru datang memberi salam, dan Rasul pun serta sahabat menjawab salam tersebut. Tapi mereka yang datang lebih dahulu (yang sudah duduk) tidak bergeser sedikit pun dari tempat duduknya, sehingga mereka yang baru datang berdiri terus. Melihat hal itu, Rasulullah saw. merasakan kurang senang karena di antara yang baru datang itu ada sahabat-sahabat yang mendapat penghargaan istimewa dari Allah, mereka turut dalam perang Badar. Akhirnya Rasulullah saw. bersabda kepada sahabat yang bukan ahli Badar: “Hai Fulan! Berdirilah engkau! Hai Fulan! Berdirilah engkau!” Lalu beliau menyuruh duduk para ahli Badar itu. Tapi yang disuruh berdiri ada yang wajahnya menunjukkan ketidaksenangannya dan orang munafik yang turut hadir ada yang membisikkan celaannya seraya berkata: “Itu perbuatan yang tidak adil, demi Allah! Padahal ada orang yang dari semula sudah duduk karena ingin mendekat dan mendengar, tiba-tiba berdiri dan tempatnya diduduki orang yang baru datang.” Melihat yang demikian

 Rasulullah saw. bersabda:

رَحِمَ اللهُ رَجُلاً يَفْسَحُ لِاَخِيْهِ ـ رواه ابى حاتم

Artinya: “Dirahmati Allah seseorang yang melapangkan tempat buat saudaranya.” (H.R. Abu Hatim).
BEBERAPA DALIL TENTANG KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU

   Maka turunlah ayat di atas. Inilah sebab turunnya ayat di atas menurut Muqatil bin Hubban.Dalam suatu majlis tentu ada orang yang datang terlebih dahulu sehingga tempat duduk bersama itu sudah terisi dan kelihatan sempit, karena sempitnya orang yang datang kemudian tidak lagi mendapat tempat, lalu dianjurkan oleh Rasulullah agar yang duduk terlebih dahulu melapangkan tempat bagi yang datang kemudian. Sebenarnya yang sempit itu bukanlah tempatnya, melainkan hatinya. 

     Tabiat manusia yang mementingkan diri sendiri membuatnya enggan memberikan tempat kepada orang yang baru datang. Jadi, dalam hal ini “hati” sangat berperan. Contoh: Ketika kita sedang berada di sebuah kendaraan umum dan mendapat tempat duduk; setelah itu banyak orang lain yang naik, mereka tidak dapat tempat duduk. Di antara mereka ada laki, wanita, tua, muda, hati kita iba melihat nenek tua berdiri bergelantungan di kendaraan. Untuk itu kita persilakan nenek tersebut duduk di tempat kita sementara kita ikhlas dan bersenang hati untuk berdiri. Atau di antara penumpang yang berdiri itu adalah kawan dekat kita maka dengan tulus kita ajak dia duduk bersama-sama. Karena hati lapang maka tempat duduk yang sempit itu pun terasa lapang, bahkan kita bangga dapat menolongnya. Lebih-lebih, jika yang kita lihat itu orang yang kita hormati dan segani. Jadi, jelaslah apabila hati sudah terbuka maka tidak ada lagi alasan sempit dan kita mengalah demi orang yang kita hormati dan segani.

     Jadi, sangat wajar jika Nabi meminta orang lain berdiri atau bergantian untuk memberikan tempat duduk kepada para pahlawan perang Badar tersebut. Dan ternyata sikap Rasulullah saw. itu didukung langsung oleh Allah swt., terbukti dengan diturunkannya ayat tersebut di atas.

        Begitu juga dengan majlis pengajian di masjid atau surau, betapa pun sempitnya majlis, kenyataannya masih bisa diisi orang lagi. Oleh sebab itu, ayat ini diawali dengan panggilan orang yang beriman, sebab orang-orang yang beriman itu hatinya lapang dan mereka pun mencintai saudaranya yang terlambat datang, dan dipersilakannya duduk di dekatnya. Lanjutan ayat menjelaskan “niscaya Allah akan melapangkan bagi kamu.” Artinya, karena hati telah dilapangkan terlebih dahulu menerima teman, hati kedua belah pihak akan sama-sama terbuka. Hati yang terbuka akan memudahkan segala urusan berikutnya.

      Jika hati sudah lapang, pikiran pun lega, akal pun terbuka dan rezeki yang halal pun akan datang dari Allah dengan lancar. Kemudian kelanjutan ayat adalah “apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah!” Artinya apabila kamu diminta untuk berdiri dari majlis Rasulullah saw. maka berdirilah. Kemudian menjadi pedoman umum, apabila pemilik majlis mengatakan kepada siapa saja yang ada di majlisnya: “Berdirilah!” maka sebaiknya kata-kata itu diperhatikan. Sebab tidak selayaknya orang yang baru datang menyuruh berdiri kepada seseorang lalu duduk di tempat duduk orang itu. 

Sabda Rasulullah saw.:

لاَيُقِمِ الرَّجُلُ الرَّجُلَ مِنْ مَجْلِسِهِ وَلَكِنْ تَفَسَّحُوْا وَتَوَسَّعُوْا

Artinya: “Janganlah seseorang menyuruh berdiri kepada orang lain dari tempat duduknya. Akan tetapi, lapangkanlah dan longgarkanlah.”

     Jadi, sekurang-kurangnya etika dalam suatu majlis adalah melapangkan tempat duduk kepada orang lain dan taat pada pemimpin majlis (pemimpin rapat). Imam ar-Razi mengatakan, ayat ini menunjukkan bahwa apabila seseorang berlapang hati kepada sesama hamba Allah dalam memasuki serba aneka pintu kebajikan dan dengan senang pikiran, niscaya Allah akan melapangkan pula baginya pintu-pintu kebajikan di dunia dan diakhirat.

blog ini berisikan bebagai artikel,seperti softwer,aplikasi komputer ,keutamaan,renungan,hadits,kutbah jumat,kata mutiara, cerama,

tata Cara mengamalkan ayat seribu dinar

tata Cara mengamalkan ayat seribu dinar

Membaca ayat At-Thalaq 2-3 sebanyak 1000 kali dalam sehari. Caranya dapat mendawamkan bacaan 1000 kali dalam sekali duduk, atau membaca seusai sholat fardhu 200 kali, jadi dalam 1 hari total jumlah bacaan adalah 1000 kali. Baca dengan ikhlas sambil meresapi maknanya. Setelah itu berdoa kepada Allah sesuai apa yang menjadi hajatnya.

Cara ini lazim diamalkan oleh sebagian mereka yang mengamalkan ayat 1000 dinar. Dari para praktisi spiritual biasanya menerangkan ayat-ayat Al-Qur'an mengandung energi positif yang sangat dahsyat. Sehingga membaca ayat secara berulang-ulang akan mengakumulasikan energi positif bagi mereka yang membacanya.

pernah ada sebuah cerita tentang seseorang yang terlilit utang dan ia tak sanggup membayar utang itu, hingga akhirnya orang itu memutuskan untuk bunuh diri, sebelum ia bunuh diri ternyata orang itu ketemu dengan seorang ustad dan ustad itu memberikan sedikit ceramah dan saran pada orang itu agar ia membaca ayat seribu dinar ini, ustad itu sambil menjelaskan arti dari ayat seribu dinar itu, dan akhir nya orang tersebut bisa melunasi semua hutang-hutang nya.

Dan ternyata ada yang pernah mencoba cara ini dan sharing pengalamannya di blog pribadinya. Lebih lengkapnya klik di sini

demikian tata cara mengamalkan ayat seribu dinar ini, ingat pesan dari saya jangan sampai anda hanya membaca nya saja, tapi pahami makna dari amalan tersebut, sambil menghayati arti dari amalan tersebut karena akan lebih berasa manfaat nya jika kita bisa menghadirkan hati kita saat membaca nya dan yang paling penting adalah tetaplah istiqomah dalam mengamalkan amalan apa saja.
tata cara mengamalkan ayat seribu dinar, sebelum nya anda harus tau dulu apa khasiat atau apa itu ayat seribu dinar jika anda belum tau anda harus baca dulu artikel ini .

Ayat seribu dinar secara tersurat memang secara terang-terangan menceritakan tentang keterkaitan antara rezeki dan pertolongan Allah dengan takwa. Isi ayat Ath-Thalaq : 2-3 adalah sebagai berikut :

arti dari bacaan di atas adalah "...Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS Ath-Thalaq : 2-3)

Banyak orang-orang yang telah mengamalkan amalan ini untuk mengundang datang nya rezeki, rezeki itu bagaikan saluran pipa, jika saluran pipa itu tersumbat maka otomatis tidak bisa mengalir maka harus di bersihkan dengan baca istighfar dan ayat seribu dinar ini berfungsi untuk melebarkan saluran pipa tersebuat agar muatan air yang mengalir itu semakin banyak.

tata Cara mengamalkan ayat seribu dinar sebagai pembuka pintu rezeki ? Caranya dengan membaca ayat 1000 dinar dengan jumlah bilangan tertentu pada waktu tertentu. Untuk hal yang satu ini ada beberapa ulama yang memberikan cara pengamalan ayat Ath-Thalaq : 2-3 yang biasanya bertujuan untuk memudahkan datangnya rezeki.



Wallahu a'lam bishowab
blog ini berisikan bebagai artikel,seperti softwer,aplikasi komputer ,keutamaan,renungan,hadits,kutbah jumat,kata mutiara, cerama,
HUKUM MELAMAR ANAK GADIS YANG SUDAH DI LAMAR ORANG


Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :

الْمُؤْمِنُ أَخُو الْمُؤْمِنِ، فَلَا يَحِلُّ لِلْمُؤْمِنِ أَنْ يَبْتَاعَ عَلَى بَيْعِ أَخِيهِ، وَلَا يَخْطُبَ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ حَتَّى يَذَرَ
Seorang mukmin adalah saudara mukmin lainnya. Tidak dihalalkan bagi seorang mukmin membeli barang yang telah dibeli oleh saudaranya. Dan ia pun tidak boleh melamar wanita yang telah dilamar saudaranya hingga saudaranya itu meninggalkan lamarannya” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1414].
Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa berkata :
نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَبِيعَ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَلَا يَخْطُبَ الرَّجُلُ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ حَتَّى يَتْرُكَ الْخَاطِبُ قَبْلَهُ، أَوْ يَأْذَنَ لَهُ الْخَاطِبُ
“Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang menjual barang yang telah ia jual orang lain. Seorang laki-laki tidak boleh melamar wanita yang telah dilamar saudaranya, hingga saudaranya itu meninggalkannya atau mengizinkannya (untuk melamarnya)” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5142].
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ، وَلَا تَجَسَّسُوا، وَلَا تَحَسَّسُوا، وَلَا تَبَاغَضُوا، وَكُونُوا إِخْوَانًا، وَلَا يَخْطُبُ الرَّجُلُ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ حَتَّى يَنْكِحَ أَوْ يَتْرُكَ
Jauhilah oleh kalian prasangka, karena prasangka itu sedusta-dusta perkataan. Janganlah kalian saling memata-matai, saling mencari-cari kesalahan, dan saling membenci. Jadilah kalian orang-orang yang bersaudara. Janganlah seorang laki-laki melamar wanita yang telah dilamar saudaranya, hingga saudaranya itu menikahinya atau meninggalkannya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5144].
Lantas, batasan apakah yang digunakan oleh seorang laki-laki muslim untuk menahan diri tidak melamar seorang wanita yang telah dilamar oleh orang lain ?. Ada dua, yaitu :
1.     Mengetahui atau diberitahu oleh saudaranya bahwa ia akan melamar seorang wanita, dan kemudian mengetahui kemungkinan besar si wanita  akan menerima lamaran saudaranya tersebut.
Dalilnya :
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ، عَنْ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يُحَدِّثُ، " أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ حِينَ تَأَيَّمَتْ حَفْصَةُ، قَالَ عُمَرُ: لَقِيتُ أَبَا بَكْرٍ، فَقُلْتُ: إِنْ شِئْتَ أَنْكَحْتُكَ حَفْصَةَ بِنْتَ عُمَرَ، فَلَبِثْتُ لَيَالِيَ، ثُمَّ خَطَبَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَقِيَنِي أَبُو بَكْرٍ، فَقَالَ: إِنَّهُ لَمْ يَمْنَعْنِي أَنْ أَرْجِعَ إِلَيْكَ فِيمَا عَرَضْتَ إِلَّا أَنِّي قَدْ عَلِمْتُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ ذَكَرَهَا فَلَمْ أَكُنْ لِأُفْشِيَ سِرَّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَوْ تَرَكَهَا لَقَبِلْتُهَا "
Telah menceritakan kepada kami Abul-Yamaan : Telah mengkhabarkan kepada kami Syu’aib, dari Az-Zuhriy, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepadaku Saalim bin ‘Abdillah, bahwasannya ia pernah mendengar ‘Abdullah bin ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa menceritakan : Bahwa ketika Hafshah menjanda, ‘Umar bin Al-Khaththaab berkata : “Aku menemui Abu Bakr, dan aku katakan kepadanya : ‘Apabila engkau ingin, aku akan nikahkan engkau dengan Hafshah bintu ‘Umar’. Aku tunggu beberapa malam (jawabannya). Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dating melamarnya (Hafshah). Lalu Abu Bakr menemuiku dan berkata : ‘Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku untuk menerima tawaranmu, kecuali aku telah mengetahui bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah menyebut (akan melamar)-nya, sementara aku tidak ingin membuka rahasia Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Seandainya beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam meninggalkannya (tidak jadi menikahinya), niscaya aku menerima tawaranmu untuk menikahinya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5145].
Ibnu Baththaal rahimahullah menjelaskan :
وَلَكِنَّهُ قَصَدَ مَعْنًى دَقِيقًا يَدُلّ عَلَى ثُقُوب ذِهْنه وَرُسُوخه فِي الِاسْتِنْبَاط ، وَذَلِكَ أَنَّ أَبَا بَكْر عَلِمَ أَنَّ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَطَبَ إِلَى عُمَر أَنَّهُ لَا يَرُدّهُ بَلْ يَرْغَب فِيهِ وَيَشْكُر اللَّه عَلَى مَا أَنْعَمَ عَلَيْهِ بِهِ مِنْ ذَلِكَ ، فَقَامَ عِلْمُ أَبِي بَكْر بِهَذَا الْحَال مَقَام الرُّكُون وَالتَّرَاضِي ، فَكَأَنَّهُ يَقُول : كُلّ مَنْ عَلِمَ أَنَّهُ لَا يُصْرَف إِذَا خَطَبَ لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ أَنْ يَخْطُب عَلَى خِطْبَته
“Akan tetapi hadits itu mempunyai maksud yang sangat dalam yang menunjukkan ketajaman akal Abu Bakr dan kedalamannya dalam beristinbaath (menyimpulkan hukum). Yaitu, Abu Bakr telah mengetahui bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallamapabila melamar (Hafshah) kepada ‘Umar, maka ia (‘Umar) tidak akan menolaknya.Bahkan ia akan menyukainya dan bersyukur kepada Allah ta’ala atas nikmat yang telah dilimpahkan kepadanya atas lamaran tersebut. Lalu Abu Bakr mengetahui adanya kecenderungan dan keridlaannya, sehingga seakan-akan ia berkata : ‘Setiap orang yang mengetahui seseorang yang jika ia melamar, lamarannya tidak akan ditolak; maka tidak boleh bagi seorang pun untuk melamar wanita yang dilamar saudaranya tersebut” [Fathul-Baariy, 9/201].
Asy-Syaikh Husain Al-‘Awaaisyah hafidhahullah berkata :
والحاصل : أن تفسير ترْك الخطبة في الحديث السابق أن تُذْكَر المرأة من قِبَل شخص لأخيه، ويعلم رغبته في النكاح منها، ويُرجّح قبول الوليّ، فهذا كلّه يدعو إلى ترْك الخطبة، والله أعلم
“Kesimpulannya : Tafsir ‘meninggalkan lamaran (tarkul-khithbah)’ pada hadits di atas adalah bila seorang wanita disebutkan oleh seseorang kepada laki-laki lain, dan laki-laki itu mengetahui keinginan orang tersebut untuk menikahinya dan besar kemungkinannnya si wali menerima lamarannya; maka semuanya ini menuntut laki-laki yang mengetahui itu untuk meninggalkan lamaran (tidak malamar) wanita tersebut. Wallaahu a’lam”.
2.     Telah mengetahui keridlaan/penerimaan si wanita atas lamaran yang pertama.
At-Tirmidziy rahimahullah berkata :
قَالَ مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ: إِنَّمَا مَعْنَى كَرَاهِيَةِ أَنْ يَخْطُبَ الرَّجُلُ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ: إِذَا خَطَبَ الرَّجُلُ الْمَرْأَةَ فَرَضِيَتْ بِهِ فَلَيْسَ لِأَحَدٍ أَنْ يَخْطُبَ عَلَى خِطْبَتِهِ.
وقَالَ الشَّافِعِيُّ: مَعْنَى هَذَا الْحَدِيثِ لَا يَخْطُبُ الرَّجُلُ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ: هَذَا عِنْدَنَا إِذَا خَطَبَ الرَّجُلُ الْمَرْأَةَ فَرَضِيَتْ بِهِ وَرَكَنَتْ إِلَيْهِ، فَلَيْسَ لِأَحَدٍ أَنْ يَخْطُبَ عَلَى خِطْبَتِهِ، فَأَمَّا قَبْلَ أَنْ يَعْلَمَ رِضَاهَا أَوْ رُكُونَهَا إِلَيْهِ فَلَا بَأْسَ أَنْ يَخْطُبَهَا، وَالْحُجَّةُ فِي ذَلِكَ حَدِيثُ فَاطِمَةَ بِنْتِ قَيْسٍ، حَيْثُ جَاءَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَتْ لَهُ، أَنَّ أَبَا جَهْمِ بْنَ حُذَيْفَةَ، وَمُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِي سُفْيَانَ خَطَبَاهَا، فَقَالَ: أَمَّا أَبُو جَهْمٍ فَرَجُلٌ لَا يَرْفَعُ عَصَاهُ عَنِ النِّسَاءِ، وَأَمَّا مُعَاوِيَةُ فَصُعْلُوكٌ لَا مَالَ لَهُ، وَلَكِنْ انْكِحِي أُسَامَةَ.
فَمَعْنَى هَذَا الْحَدِيثِ عِنْدَنَا وَاللَّهُ أَعْلَمُ أَنَّ فَاطِمَةَ لَمْ تُخْبِرْهُ بِرِضَاهَا بِوَاحِدٍ مِنْهُمَا، وَلَوْ أَخْبَرَتْهُ لَمْ يُشِرْ عَلَيْهَا بِغَيْرِ الَّذِي ذَكَرَتْ
“Maalik berkata : ‘Makna hadits ini adalah dimakruhkannya seorang laki-laki melamar wanita yang telah dilamar saudaranya, yaitu apabila ada seorang laki-laki melamar seorang wanita, dan wanita itu meridlai lamarannya (menerimanya). Dalam keadaan ini, tidak boleh bagi seorang pun untuk melamar wanita yang dilamar oleh laki-laki tersebut’.
Asy-Syaafi’iy berkata : ‘Makna hadits ini adalah : seorang laki-laki tidak boleh melamar wanita yang telah dilamar saudaranya, yaitu apabila ada seorang laki-laki yang melamar seorang wanita, lalu wanita itu meridlainya (menerimanya) dan cenderung (suka) kepadanya. Dalam keadaan ini, tidak boleh bagi seorang pun untuk melamar wanita yang telah dilamar oleh laki-laki tersebut. Adapun jika seseorang belum mengetahui keridlaan atau kecenderungan wanita tersebut terhadap lamaran laki-laki yang pertama, maka tidak mengapa ia melamarnya’. Dalilnya adalah hadits Faathimah bintu Qais ketika ia datang menemui Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam dan menyebutkan bahwa Abu Jahm bin Hudzaifah dan Mu’aawiyyah bin Abi Sufyaan melamarnya. Maka beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Abu Jahm, maka ia seorang laki-laki yang tidak pernah mengangkat tongkat dari wanita[1]. Adapun Mu’aawiyyah, maka ia seorang laki-laki miskin. Akan tetapi menikahlah dengan Usaamah’.
Makna hadits ini menurut kami – wallaahu a’lam – bahwasannya Faathimah belum mengkhabarkan kepada beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang keridlaannya akan lamaran salah seorang di antara keduanya (Abu Jahm dan Mu’aawiyyah). Seandainya ia (Faathimah) telah mengkhabarkan kepada beliau (tentang keridlaannya), tentu beliau tidak akan mengisyaratkan pertimbangan kepada laki-laki selain yang ia sebutkan” [Jaami’ At-Tirmidziy, 2/427-428].
Semoga artikel singkat ini ada manfaatnya.
blog ini berisikan bebagai artikel,seperti softwer,aplikasi komputer ,keutamaan,renungan,hadits,kutbah jumat,kata mutiara, cerama,
TIPS MENDAPATKAN JODOH DENGAN CARA ISLAMI

Memang perjodohan itu walaupun sudah ditetapkan Allah di Lauhul Mahfuz, bagi manusia sendiri itu tetap jadi hal yang ghaib dan sulit diduga; bagi sebagian sebagian orang tampak mudah sekali datangnya, sementara bagi yang lain amat sulit dan susah. Bahkan ada kalanya sampai tua seseorang belum menikah juga.
Bila kita melihat pada masa kenabian, Rasulullah saw berusaha menyegerakan pernikahan anak laki-laki dan anak perempuan, begitu juga dengan para sahabat yang berusaha mengawinkan para janda. Sehingga permasalahan pernikahan atau sulitnya mendapat jodoh terjadi karena pemerintah Islam pada masa itu membantu urusan pernikahan rakyatnya.
Jadi,  dalam soal mencari jodoh tidaklah dibebankan kepada orang yang bersangkutan saja, berbagai pihak ikut terlibat. Perhatikan QS surat An Nuur 32: Dan kawinkanlah orang-orang-orang sendirian (lajang) di antara kamu dan orang-orang yang layak (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya.        
Dalam sirah kita menemukan bagaimana Rasulullah saw berusaha menyegerakan pernikahan anak laki-laki sebagai mana yang diriwayatkan dari Abdul Muththalib bin Rabi’ah bin al-Harits: Rasulullah berkata kepada Mahmiyah (seorang ayah yang bekerja mengurus rampasan perang dan memiliki anak perempuan) kawinkanlah anak ini (al-Fadhl bin Abbas) dengan putrimu…lalu ia pun menikahkannya.
Rasulullah pernah pula mengusulkan pada Fatimah binti Qais dengan ucapan beliau; Kawinlah dengan Usamah.”  Fatimah menuruti saran Rasulullah dan mengakui bahwa setelah menikah dengan Usamah ia merasakan Allah memberinya kebaikan dan kesenangan dengan pernikahan tersebut.”(HR Muslim).
Bagi seorang anak perempuan sebenarnya yang bertanggung jawab dalam mencarikan jodoh baginya adalah orangtua, namun demikian sang anak harus diminta persetujuannya terlebih dahulu. Untuk masa sekarang banyak orangtua menyerahkan sepenuhnya pada sang anak.                                                                                                                                                     
Sebagai solusi dalam mencari jodoh dengan tetap berpegangan kepada syariat Islam yang memang diturunkan untuk kemashlahatan manusia, beberapa cara di bawah ini dapat dilakukan:
1-Yang paling utama dan lebih utama adalah memohonkannya pada Sang Khalik, karena Dialah yang menciptakan manusia berpasang-pasangan (QS An Nisaa:1). Bermohonlah kepada Allah swt. Bentuk permohonan bisa berupa doa yang dipanjatkankan pada saat-saat yang mustajab, bisa juga dengan melaksanakan shalat 2 rakaat (shalat hajat) dan memohon dengan khusyu’ pada Allah swt.
Mengenai doa-doa untuk mempercepat datangnya jodoh, setahu saya tidak ada  menurut riwayat yang shahih yang diajarkan Nabi saw. Ada doa umum yang bisa kita baca seperti yang terdapat dalam QS Al Furqon: 74. Atau berdoalah dengan bahasa kita sendiri karena sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kita munajatkan.
2- Melalui mediator, antara lain:
a- Orangtua. Seorang anak tidak perlu sungkan meminta orangtuanya untuk mencarikannya jodoh dengan menyebut kriteria yang ia inginkan.   
b- Guru ngaji (murobbiyah). Jika memang sudah mendesak untuk menikah, tidak ada salahnya untuk minta tolong kepada guru ngaji agar dicarikan jodoh yang sesuai dengannya. Dengan keyakinan bahwa jodoh bukanlah di tangan guru ngaji. Ini adalah salah satu upaya dalam mencari jodoh.
c- Sahabat dekat. Utarakan keinginan padanya untuk dicarikan jodoh yang shalih. Sebagai gambaran, kita melihat perjodohan antara Nabi saw dengan Khadijah ra. Diawali dengan ketertarikan Khadijah ra kepada pribadi beliau yang pada saat itu berstatus karyawan pada perusahan bisnis yang dipegang oleh Khadijah ra. Melalui Nafisah sebagai mediatornya, akhirnya Nabi saw menikahi Khadijah ra.
d- Biro jodoh. Biro jodoh yang Islami mudah-mudahan dapat memenuhi keinginan seseorang untuk menikah. Dikatakan Islami karena prosedur yang dilakukan sesuai dengan syariat Islam. Salah satu diantaranya adalah Klub Ummi Bahagia. Berhati-hatilah dalam memilih biro jodoh.
3- Langsung, maksudnya calon sudah dikenal terlebih dahulu. Dan pastinya ia berakhlak Islami menurut kebanyakan orang-orang yang dekat dengannya (temannya atau pihak keluarganya). Namun  begitu, walau sudah kenal, pacaran tetap dilarang oleh Islam. Jika masing-masing sudah cocok maka segera saja melamar dan menikah.
Bila memang yang tertarik lebih dahulu adalah muslimahnya, maka ia dapat menawarkan dirinya kepada laki-laki shalih yang ia  senangi tersebut – hal ini memang belum lazim di tengah masyarakat kita. Seorang shahabiyat pernah datang kepada Nabi saw dan menawarkan dirinya kepada beliau. Maka seorang wanita mengomentarinya: “Betapa sedikit rasa malunya.” Ayahnya yang mendengar komentar putrinya itu menjawab: “Dia lebih baik dari pada kamu, dia menginginkan Nabi saw dan menawarkan dirinya kepada beliau.”                                                                                       
Sebuah cerita bagus dikemukakan oleh Abdul Halim Abu Syuqqoh pengarang buku Tahrirul Mar’ah, bahwa ada seorang temannya yang didatangi oleh  seorang wanita untuk mengajaknya menikah. Temannya itu merasa terkejut dan heran, maka wanita itu bertanya : “Apakah aku mengajak Anda untuk berbuat haram? Aku hanya mengajak Anda untuk kawin sesuai dengan sunnah Allah dan Rasul-Nya.” Maka terjadilah pernikahan setelah itu.
Semua upaya tersebut hendaknya ditempuh dengan rasa sabar dan tawakal tidak kenal putus asa. Lalu, sambil menunggu datangnya jodoh sebaiknya ukhti Alma mengaktualisasikan kemampuan yang ada pada diri ukhti. Lakukan apa yang dapat dilakukan sehingga bermanfaat bagi masyarakat dan dakwah. Jika orang kurang pergaulan, bagaimana ia dapat mengenal orang lain yang ingin menikahinya?
Perlu juga ukhti Alma mengadakan evaluasi terhadap kriteria pasangan hidup yang ukhti inginkan. Seseorang yang memiliki standar sangat ideal, menyebabkan ia terlalu memilih-milih pasangan yang hendak melamarnya. Akhirnya, semua usaha yang telah dilakukan diserahkan kembali kepada Allah swt. Ia Maha Mengetahui jalan kehidupan kita dan kepada-Nyalah kita berserah diri.