☼ Kisah Aneh Seorang Pendeta Yang Masuk Islam | contoh kisah renungan ☼:
Mungkin kisah ini terasa sangat aneh bagi mereka yang belum pernah bertemudengan orangnya atau langsung melihat dan mendengar penuturannya. Kisah yangmungkin hanya terjadi dalam cerita fiktif, namun menjadi kenyataan. Hal itutergambar dengan kata-kata yang diucapkan oleh si pemilik kisah yang sedangduduk di hadapanku mengisahkan tentang dirinya. Untuk mengetahui kisahnya lebihlanjut dan mengetahui kejadian-kejadian yang menarik secara komplit, biarkanaku menemanimu untuk bersama-sama menatap ke arah Johannesburg, kota bintangemas nan kaya di negara Afrika Selatan di mana aku pernah bertugas sebagai pimpinancabang kantor Rabithah al-'Alam al-Islami di sana.
Pada tahun 1996, di sebuah negara yang sedang mengalami musim dingin, di sianghari yang mendung, diiringi hembusan angin dingin yang menusuk tulang, akumenunggu seseorang yang berjanji akan menemuiku. Istriku sudah mempersiapkansantapan siang untuk menjamu sang tamu yang terhormat. Orang yang aku tunggudulunya adalah seorang yang mempunyai hubungan erat dengan Presiden AfrikaSelatan Nelson Mandela. Ia seorang misionaris penyebar dan pendakwah agamaNasrani. Ia seorang pendeta, namanya ‘Sily.’ Aku dapat bertemu dengannyamelalui perantaraan sekretaris kantor Rabithah yang bernama Abdul Khaliq Matir,di mana ia mengabarkan kepada-ku bahwa seorang pendeta ingin datang ke kantorRabithah hendak membicarakan perkara penting.
Tepat pada waktu yang telah dijanjikan, pendeta tersebut datang bersamatemannya yang bernama Sulaiman. Sulaiman adalah salah seorang anggota sebuahsasana tinju setelah ia memeluk Islam, selepas bertanding dengan seorang petinjumuslim terkenal, Muhammad Ali. Aku menyambut keda-tangan mereka di kantorkudengan perasaan yang sangat gembira. Sily seorang yang berpostur tubuh pendek,berkulit sangat hitam dan mudah tersenyum. Ia duduk di depanku dan berbicaradenganku dengan lemah lembut. Aku katakan, "Saudara Sily bolehkah kamimendengar kisah keislamanmu?" ia tersenyum dan berkata, "Ya, tentusaja boleh."
Pembaca yang mulia, dengar dan perhatikan apa yang telah ia ceritakan kepadaku,kemudian setelah itu, silahkan beri penilaian.!
Sily berkata, "Dulu aku seorang pendeta yang sangat militan. Akuberkhidmat untuk gereja dengan segala kesungguhan. Tidak hanya sampai di situ,aku juga salah seorang aktifis kristenisasi senior di Afrika Selatan. Karenaaktifitasku yang besar maka Vatikan memilihku untuk menjalankan programkristenisasi yang mereka subsidi. Aku mengambil dana Vatikan yang sampaikepadaku untuk menjalankan program tersebut. Aku mempergunakan segala carauntuk mencapai targetku. Aku melakukan berbagai kunjungan rutin kemadrasah-madrasah, sekolah-sekolah yang terletak di kampung dan di daerahpedalaman. Aku memberikan dana tersebut dalam bentuk sumbangan, pemberian,sedekah dan hadiah agar dapat mencapai targetku yaitu memasukkan masyarakat kedalam agama Kristen. Gereja melimpahkan dana tersebut kepadaku sehingga akumenjadi seorang hartawan, mempunyai rumah mewah, mobil dan gaji yang tinggi.Posisiku melejit di antara pendeta-pendeta lainnya.
Pada suatu hari, aku pergi ke pusat pasar di kotaku untuk membeli beberapahadiah. Di tempat itulah bermula sebuah perubahan!
Di pasar itu aku bertemu dengan seseorang yang memakai kopiah. Ia pedagangberbagai hadiah. Waktu itu aku mengenakan pakaian jubah pendeta berwarna putihyang merupakan ciri khas kami. Aku mulai menawar harga yang disebutkan sipenjual. Dari sini aku mengetahui bahwa ia seorang muslim. Kami menyebutkanagama Islam yang ada di Afrika selatan dengan sebutan ‘agama orang Arab.’ Kamitidak menyebutnya dengan sebutan Islam. Aku pun membeli berbagai hadiah yangaku inginkan. Sulit bagi kami menjerat orang-orang yang lurus dan mereka yangkonsiten dengan agamanya, sebagaimana yang telah berhasil kami tipu dan kamikristenkan dari kalangan orang-orang Islam yang miskin di Afrika Selatan.
Si penjual muslim itu bertanya kepadaku, "Bukankah anda seorangpendeta?" Aku jawab, "Benar." Lantas ia bertanya kepadaku,"Siapa Tuhanmu?" Aku katakan, "Al-Masih." Ia kembaliberkata, "Aku menantangmu, coba datangkan satu ayat di dalam Injil yangmenyebutkan bahwa al-Masih AS berkata, 'Aku adalah Allah atau aku anak Allah.Maka sembahlah aku'." Ucapan muslim tersebut bagaikan petir yang menyambarkepalaku. Aku tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Aku berusahamembuka-buka kembali catatanku dan mencarinya di dalam kitab-kitab Injil dankitab Kristen lainnya untuk menemukan jawaban yang jelas terhadap pertanyaanlelaki tersebut. Namun aku tidak menemukannya. Tidak ada satu ayat pun yangmen-ceritakan bahwa al-Masih berkata bahwa ia adalah Allah atau anak Allah.Lelaki itu telah menjatuhkan mentalku dan menyulitkanku. Aku ditimpa sebuahbencana yang membuat dadaku sempit. Bagaimana mungkin pertanyaan seperti initidak pernah terlintas olehku? Lalu aku tinggalkan lelaki itu sambilmenundukkan wajah. Ketika itu aku sadar bahwa aku telah berjalan jauh tanpaarah. Aku terus berusaha mencari ayat-ayat seperti ini, walau bagaimanapunrumitnya. Namun aku tetap tidak mampu, aku telah kalah.
Aku pergi ke Dewan Gereja dan meminta kepada para anggota dewan agar berkumpul.Mereka menyepakatinya. Pada pertemuan tersebut aku mengabarkan kepada merekatentang apa yang telah aku dengar. Tetapi mereka malah menyerangku denganucapan, "Kamu telah ditipu orang Arab. Ia hanya ingin meyesatkanmu danmemasukkan kamu ke dalam agama orang Arab." Aku katakan, "Kalaubegitu, coba beri jawabannya!" Mereka membantah pertanyaan seperti itunamun tak seorang pun yang mampu memberikan jawaban.
Pada hari minggu, aku harus memberikan pidato dan pelajaranku di gereja. Akuberdiri di depan orang banyak untuk memberikan wejangan. Namun aku tidaksanggup melakukannya. Sementara para hadirin merasa aneh, karena aku berdiri dihadapan mereka tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku kembali masuk ke dalamgereja dan meminta kepada temanku agar ia menggantikan tempatku. Aku katakanbahwa aku sedang sakit. Padahal jiwaku hancur luluh.
Aku pulang ke rumah dalam keadaan bingung dan cemas. Lalu aku masuk dan dudukdi sebuah ruangan kecil. Sambil menangis aku menengadahkan pandanganku kelangit seraya berdoa. Namun kepada siapa aku berdoa. Kemudian aku berdoa kepadaDzat yang aku yakini bahwa Dia adalah Allah Sang Maha Pencipta, "YaTuhanku... Wahai Dzat yang telah men-ciptakanku... sungguh telah tertutup semuapintu di hadapanku kecuali pintuMu... Janganlah Engkau halangi aku mengetahuikebenaran... manakah yang hak dan di manakah kebenaran? Ya Tuhanku... janganEngkau biarkan aku dalam kebimbangan... tunjukkan kepadaku jalan yang hak danbimbing aku ke jalan yang benar..." lantas akupun tertidur.
Di dalam tidur, aku melihat diriku sedang berada di sebuah ruangan yang sangatluas. Tidak ada seorang pun di dalamnya kecuali diriku. Tiba-tiba di tengahruangan tersebut muncul seorang lelaki. Wajah orang itu tidak begitu jelaskarena kilauan cahaya yang terpancar darinya dan dari sekelilingnya. Namun akuyakin bahwa cahaya tersebut muncul dari orang tersebut. Lelaki itu memberiisyarat kepadaku dan memanggil, "Wahai Ibrahim!" Aku menoleh inginmengetahui siapa Ibrahim, namun aku tidak menjumpai siapa pun di ruangan itu.Lelaki itu berkata, "Kamu Ibrahim... kamulah yang bernama Ibrahim.Bukankah engkau yang memohon petunjuk kepada Allah?" Aku jawab,"Benar." Ia berkata, "Lihat ke sebelah kananmu!" Makaakupun menoleh ke kanan dan ternyata di sana ada sekelompok orang yang sedang memanggulbarang-barang mereka dengan mengenakan pakaian putih dan bersorban putih.Ikutilah mereka agar engkau mengetahui kebenaran!" Lanjut lelaki itu.
Kemudian aku terbangun dari tidurku. Aku merasakan sebuah kegembiraanmenyelimutiku. Namun aku belum juga memperoleh ketenangan ketika munculpertanyaan, di mana gerangan kelompok yang aku lihat di dalam mimipiku ituberada.
Aku bertekad untuk melanjutkannya dengan berkelana mencari sebuah kebenaran,sebagaimana ciri-ciri yang telah diisyaratkan dalam mimpiku. Aku yakin inisemua merupakan petunjuk dari Allah SWT. Kemudian aku minta cuti kerja danmulai melakukan perjalanan panjang yang memaksaku untuk berkeliling di beberapakota mencari dan bertanya di mana orang-orang yang memakai pakaian dan sorban putihberada. Telah panjang perjalanan dan pencarianku. Setiap aku menjumpai kaummuslimin, mereka hanya memakai celana panjang dan kopiah. Hingga akhirnya akusampai di kota Johannesburg.
Di sana aku mendatangi kantor penerima tamu milik Lembaga Muslim Afrika. Dirumah itu aku bertanya kepada pegawai penerima tamu tentang jamaah tersebut.Namun ia mengira bahwa aku seorang peminta-minta dan memberikan sejumlah uang.Aku katakan, "Bukan ini yang aku minta. Bukankah kalian mempunyai tempatibadah yang dekat dari sini? Tolong tunjukkan masjid yang terdekat." Laluaku mengikuti arahannya dan aku terkejut ketika melihat seorang lelakiberpakaian dan bersorban putih sedang berdiri di depan pintu.
Aku sangat girang, karena ciri-cirinya sama seperti yang aku lihat dalam mimpi.Dengan hati yang berbunga-bunga, aku mendekati orang tersebut. Sebelum akumengatakan sepatah kata, ia terlebih dahulu berkata, "Selamat datang yaIbrahim!" Aku terperanjat mendengarnya. Ia mengetahui namaku sebelum akumemperkenalkannya. Lantas ia melanjutkan ucapan-nya, "Aku melihatmu didalam mimpi bahwa engkau sedang mencari-cari kami. Engkau hendak mencarikebenaran? Kebenaran ada pada agama yang diridhai Allah untuk hamba-Nya yaituIslam." Aku katakan, "Benar. Aku sedang mencari kebenaran yang telahditunjukkan oleh lelaki bercahaya dalam mimpiku, agar aku mengikuti sekelompokorang yang berpakaian seperti busana yang engkau kenakan. Tahukah kamu siapalelaki yang aku lihat dalam mimpiku itu?" Ia menjawab, "Dia adalahNabi kami Muhammad, Nabi agama Islam yang benar, Rasulullah SAW." Sulitbagiku untuk mempercayai apa yang terjadi pada diriku. Namun langsung saja akupeluk dia dan aku katakan kepadanya, "Benarkah lelaki itu Rasul dan Nabikalian yang datang menunjukiku agama yang benar?" Ia berkata,"Benar."
Ia lalu menyambut kedatanganku dan memberikan ucapan selamat karena Allah telahmemberiku hidayah kebenaran. Kemudian datang waktu shalat zhuhur. Iamempersilahkanku duduk di tempat paling belakang dalam masjid dan ia pergiuntuk melaksanakan shalat bersama jamaah yang lain. Aku memperhatikan kaummuslimin banyak memakai pakaian seperti yang dipakainya. Aku melihat merekarukuk dan sujud kepada Allah. Aku berkata dalam hati, "Demi Allah, inilahagama yang benar. Aku telah membaca dalam berbagai kitab bahwa para nabi danrasul meletakkan dahinya di atas tanah sujud kepada Allah." Setelah merekashalat, jiwaku mulai merasa tenang dengan fenomena yang aku lihat. Aku berucapdalam hati, "Demi Allah sesungguhnya Allah SAW telah menunjukkan kepadakuagama yang benar." Seorang muslim memanggilku agar aku mengumumkankeislamanku. Lalu aku mengucapkan dua kalimat syahadat dan aku menangissejadi-jadinya karena gembira telah mendapat hidayah dari Allah SWT.
Kemudian aku tinggal bersamanya untuk mempelajari Islam dan aku pergi bersamamereka untuk melakukan safari dakwah dalam waktu beberapa lama. Merekamengunjungi semua tempat, mengajak manusia kepada agama Islam. Aku sangatgembira ikut bersama mereka. Aku dapat belajar shalat, puasa, tahajjud, doa,kejujuran dan amanah dari mereka. Aku juga belajar dari mereka bahwa seorangmuslim diperintahkan untuk menyampaikan agama Allah dan bagaimana menjadiseorang muslim yang mengajak kepada jalan Allah serta berdakwah dengan hikmah,sabar, tenang, rela berkorban dan berwajah ceria.
Setelah beberapa bulan kemudian, aku kembali ke kotaku. Ternyata keluarga danteman-temanku sedang mencari-cariku. Namun ketika melihat aku kembali memakaipakaian Islami, mereka mengingkarinya dan Dewan Gereja meminta kepadaku agardiadakan sidang darurat. Pada pertemuan itu mereka mencelaku karena aku telahmeninggalkan agama keluarga dan nenek moyang kami. Mereka berkata kepadaku,"Sungguh kamu telah tersesat dan tertipu dengan agama orang Arab."Aku katakan, "Tidak ada seorang pun yang telah menipu dan menyesatkanku.Sesungguhnya Rasulullah Muhammad SAW datang kepadaku dalam mimpi untukmenunjukkan kebenaran dan agama yang benar yaitu agama Islam. Bukan agama orangArab sebagaimana yang kalian katakan. Aku mengajak kalian kepada jalan yangbenar dan memeluk Islam." Mereka semua terdiam.
Kemudian mereka mencoba cara lain, yaitu membujukku dengan memberikan harta,kekuasaan dan pangkat. Mereka berkata, "Sesungguhnya Vatikan me-mintamuuntuk tinggal bersama mereka selama enam bulan untuk menyerahkan uang panjarpembelian rumah dan mobil baru untukmu serta memberimu kenaikan gaji danpangkat tertinggi di gereja."
Semua tawaran tersebut aku tolak dan aku katakan kepada mereka, "Apakahkalian akan menyesatkanku setelah Allah memberiku hidayah? Demi Allah akutakkan pernah melakukannya walaupun kalian memenggal leherku." Kemudianaku menasehati mereka dan kembali mengajak mereka ke agama Islam. Maka masukIslamlah dua orang dari kalangan pendeta.
Alhamdulillah, Setelah melihat tekadku tersebut, mereka menarik semua derajatdan pangkatku. Aku merasa senang dengan itu semua, bahkan tadinya aku inginagar penarikan itu segera dilakukan. Kemudian aku mengembalikan semua harta dantugasku kepada mereka dan akupun pergi meninggalkan mereka,” Sily mengakhirikisahnya.
Kisah masuk Islam Ibrahim Sily yang ia ceritakan sendiri kepadaku di kantorku,disaksikan oleh Abdul Khaliq sekretaris kantor Rabithah Afrika dan dua oranglainnya. Pendeta sily sekarang dipanggil dengan Da’i Ibrahim Sily berasal darikabilah Kuza Afrika Selatan. Aku mengundang pendeta Ibrahim -maaf- Da’i IbrahimSily makan siang di rumahku dan aku laksanakan apa yang diwajibkan dalamagamaku yaitu memuliakannya, kemudian ia pun pamit. Setelah pertemuan itu akupergi ke Makkah al-Mukarramah untuk melaksanakan suatu tugas. Waktu itu kamisudah mendekati persiapan seminar Ilmu Syar'i I yang akan diadakan di kota CapeTown. Lalu aku kembali ke Afrika Selatan tepatnya ke kota Cape Town.
Ketika aku berada di kantor yang telah disiapkan untuk kami di Ma'had Arqam,Dai Ibrahim Sily mendatangiku. Aku langsung mengenalnya dan aku ucapkan salamuntuknya dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan disini wahai Ibrahim.?"Ia menjawab, "Aku sedang mengunjungi tempat-tempat di Afrika Selatan untukberdakwah kepada Allah. Aku ingin mengeluarkan masyarakat negeriku dari apineraka, mengeluarkan mereka dari jalan yang gelap ke jalan yang terang denganmemasukkan mereka ke dalam agama Islam."
Setelah Ibrahim selesai mengisahkan kepada kami bahwa perhatiannya sekaranghanya tertumpah untuk dakwah kepada agama Allah, ia meninggalkan kami menujusuatu daerah... medan dakwah yang penuh dengan pengorbanan di jalan Allah. Akuperhatikan wajahnya berubah dan pakaiannya bersinar. Aku heran ia tidak memintabantuan dan tidak menjulurkan tangannya meminta sumbangan. Aku merasakan adayang mengalir di pipiku yang membangkitkan perasaan aneh. Perasaan iniseakan-akan berbicara kepadaku, "Kalian manusia yang mempermainkan dakwah,ti-dakkah kalian perhatikan para mujahid di jalan Allah!"
Benar wahai sudaraku. Kami telah tertinggal... kami berjalan lamban... kamitelah tertipu dengan kehidupan dunia, sementara orang-orang yang seperti Da’iIbrahim Sily, Da’i berbangsa Spanyol Ahmad Sa'id berkorban, berjihad danbertempur demi menyampaikan agama ini. Ya Rabb rahmatilah kami.
(SUMBER: SERIAL KISAH TELADAN karya Muhammad Shalih al-Qaththani, seperti yangdinukilnya dari tulisan Dr. Abdul Aziz Ahmad Sarhan, Dekan fakultas Tarbiyah diMakkah al-Mukarramah, dengan sedikit perubahan. PENERBIT DARUL HAQ,TELP.021-4701616)
☼ Kisah Aneh SeorangPendeta Yang Masuk Islam | contoh kisahrenungan ☼
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh saudara saudarikusobat asa blog yang kucintai karena Allah subhanawataalla. Kali ini Asablog ingin menjawab keinginan sahabatuntuk membaca cerita cerita yang berbau keislaman yang insyaallah dapatmeningkatkan keimanan kita,amin.
Berikut salah satu ceritanya, selamat membaca kawan . ⌂_⌂
Pada tahun 1996, di sebuah negara yang sedang mengalami musim dingin, di sianghari yang mendung, diiringi hembusan angin dingin yang menusuk tulang, akumenunggu seseorang yang berjanji akan menemuiku. Istriku sudah mempersiapkansantapan siang untuk menjamu sang tamu yang terhormat. Orang yang aku tunggudulunya adalah seorang yang mempunyai hubungan erat dengan Presiden AfrikaSelatan Nelson Mandela. Ia seorang misionaris penyebar dan pendakwah agamaNasrani. Ia seorang pendeta, namanya ‘Sily.’ Aku dapat bertemu dengannyamelalui perantaraan sekretaris kantor Rabithah yang bernama Abdul Khaliq Matir,di mana ia mengabarkan kepada-ku bahwa seorang pendeta ingin datang ke kantorRabithah hendak membicarakan perkara penting.
Tepat pada waktu yang telah dijanjikan, pendeta tersebut datang bersamatemannya yang bernama Sulaiman. Sulaiman adalah salah seorang anggota sebuahsasana tinju setelah ia memeluk Islam, selepas bertanding dengan seorang petinjumuslim terkenal, Muhammad Ali. Aku menyambut keda-tangan mereka di kantorkudengan perasaan yang sangat gembira. Sily seorang yang berpostur tubuh pendek,berkulit sangat hitam dan mudah tersenyum. Ia duduk di depanku dan berbicaradenganku dengan lemah lembut. Aku katakan, "Saudara Sily bolehkah kamimendengar kisah keislamanmu?" ia tersenyum dan berkata, "Ya, tentusaja boleh."
Pembaca yang mulia, dengar dan perhatikan apa yang telah ia ceritakan kepadaku,kemudian setelah itu, silahkan beri penilaian.!
Sily berkata, "Dulu aku seorang pendeta yang sangat militan. Akuberkhidmat untuk gereja dengan segala kesungguhan. Tidak hanya sampai di situ,aku juga salah seorang aktifis kristenisasi senior di Afrika Selatan. Karenaaktifitasku yang besar maka Vatikan memilihku untuk menjalankan programkristenisasi yang mereka subsidi. Aku mengambil dana Vatikan yang sampaikepadaku untuk menjalankan program tersebut. Aku mempergunakan segala carauntuk mencapai targetku. Aku melakukan berbagai kunjungan rutin kemadrasah-madrasah, sekolah-sekolah yang terletak di kampung dan di daerahpedalaman. Aku memberikan dana tersebut dalam bentuk sumbangan, pemberian,sedekah dan hadiah agar dapat mencapai targetku yaitu memasukkan masyarakat kedalam agama Kristen. Gereja melimpahkan dana tersebut kepadaku sehingga akumenjadi seorang hartawan, mempunyai rumah mewah, mobil dan gaji yang tinggi.Posisiku melejit di antara pendeta-pendeta lainnya.
Pada suatu hari, aku pergi ke pusat pasar di kotaku untuk membeli beberapahadiah. Di tempat itulah bermula sebuah perubahan!
Di pasar itu aku bertemu dengan seseorang yang memakai kopiah. Ia pedagangberbagai hadiah. Waktu itu aku mengenakan pakaian jubah pendeta berwarna putihyang merupakan ciri khas kami. Aku mulai menawar harga yang disebutkan sipenjual. Dari sini aku mengetahui bahwa ia seorang muslim. Kami menyebutkanagama Islam yang ada di Afrika selatan dengan sebutan ‘agama orang Arab.’ Kamitidak menyebutnya dengan sebutan Islam. Aku pun membeli berbagai hadiah yangaku inginkan. Sulit bagi kami menjerat orang-orang yang lurus dan mereka yangkonsiten dengan agamanya, sebagaimana yang telah berhasil kami tipu dan kamikristenkan dari kalangan orang-orang Islam yang miskin di Afrika Selatan.
Si penjual muslim itu bertanya kepadaku, "Bukankah anda seorangpendeta?" Aku jawab, "Benar." Lantas ia bertanya kepadaku,"Siapa Tuhanmu?" Aku katakan, "Al-Masih." Ia kembaliberkata, "Aku menantangmu, coba datangkan satu ayat di dalam Injil yangmenyebutkan bahwa al-Masih AS berkata, 'Aku adalah Allah atau aku anak Allah.Maka sembahlah aku'." Ucapan muslim tersebut bagaikan petir yang menyambarkepalaku. Aku tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Aku berusahamembuka-buka kembali catatanku dan mencarinya di dalam kitab-kitab Injil dankitab Kristen lainnya untuk menemukan jawaban yang jelas terhadap pertanyaanlelaki tersebut. Namun aku tidak menemukannya. Tidak ada satu ayat pun yangmen-ceritakan bahwa al-Masih berkata bahwa ia adalah Allah atau anak Allah.Lelaki itu telah menjatuhkan mentalku dan menyulitkanku. Aku ditimpa sebuahbencana yang membuat dadaku sempit. Bagaimana mungkin pertanyaan seperti initidak pernah terlintas olehku? Lalu aku tinggalkan lelaki itu sambilmenundukkan wajah. Ketika itu aku sadar bahwa aku telah berjalan jauh tanpaarah. Aku terus berusaha mencari ayat-ayat seperti ini, walau bagaimanapunrumitnya. Namun aku tetap tidak mampu, aku telah kalah.
Aku pergi ke Dewan Gereja dan meminta kepada para anggota dewan agar berkumpul.Mereka menyepakatinya. Pada pertemuan tersebut aku mengabarkan kepada merekatentang apa yang telah aku dengar. Tetapi mereka malah menyerangku denganucapan, "Kamu telah ditipu orang Arab. Ia hanya ingin meyesatkanmu danmemasukkan kamu ke dalam agama orang Arab." Aku katakan, "Kalaubegitu, coba beri jawabannya!" Mereka membantah pertanyaan seperti itunamun tak seorang pun yang mampu memberikan jawaban.
Pada hari minggu, aku harus memberikan pidato dan pelajaranku di gereja. Akuberdiri di depan orang banyak untuk memberikan wejangan. Namun aku tidaksanggup melakukannya. Sementara para hadirin merasa aneh, karena aku berdiri dihadapan mereka tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku kembali masuk ke dalamgereja dan meminta kepada temanku agar ia menggantikan tempatku. Aku katakanbahwa aku sedang sakit. Padahal jiwaku hancur luluh.
Aku pulang ke rumah dalam keadaan bingung dan cemas. Lalu aku masuk dan dudukdi sebuah ruangan kecil. Sambil menangis aku menengadahkan pandanganku kelangit seraya berdoa. Namun kepada siapa aku berdoa. Kemudian aku berdoa kepadaDzat yang aku yakini bahwa Dia adalah Allah Sang Maha Pencipta, "YaTuhanku... Wahai Dzat yang telah men-ciptakanku... sungguh telah tertutup semuapintu di hadapanku kecuali pintuMu... Janganlah Engkau halangi aku mengetahuikebenaran... manakah yang hak dan di manakah kebenaran? Ya Tuhanku... janganEngkau biarkan aku dalam kebimbangan... tunjukkan kepadaku jalan yang hak danbimbing aku ke jalan yang benar..." lantas akupun tertidur.
Di dalam tidur, aku melihat diriku sedang berada di sebuah ruangan yang sangatluas. Tidak ada seorang pun di dalamnya kecuali diriku. Tiba-tiba di tengahruangan tersebut muncul seorang lelaki. Wajah orang itu tidak begitu jelaskarena kilauan cahaya yang terpancar darinya dan dari sekelilingnya. Namun akuyakin bahwa cahaya tersebut muncul dari orang tersebut. Lelaki itu memberiisyarat kepadaku dan memanggil, "Wahai Ibrahim!" Aku menoleh inginmengetahui siapa Ibrahim, namun aku tidak menjumpai siapa pun di ruangan itu.Lelaki itu berkata, "Kamu Ibrahim... kamulah yang bernama Ibrahim.Bukankah engkau yang memohon petunjuk kepada Allah?" Aku jawab,"Benar." Ia berkata, "Lihat ke sebelah kananmu!" Makaakupun menoleh ke kanan dan ternyata di sana ada sekelompok orang yang sedang memanggulbarang-barang mereka dengan mengenakan pakaian putih dan bersorban putih.Ikutilah mereka agar engkau mengetahui kebenaran!" Lanjut lelaki itu.
Kemudian aku terbangun dari tidurku. Aku merasakan sebuah kegembiraanmenyelimutiku. Namun aku belum juga memperoleh ketenangan ketika munculpertanyaan, di mana gerangan kelompok yang aku lihat di dalam mimipiku ituberada.
Aku bertekad untuk melanjutkannya dengan berkelana mencari sebuah kebenaran,sebagaimana ciri-ciri yang telah diisyaratkan dalam mimpiku. Aku yakin inisemua merupakan petunjuk dari Allah SWT. Kemudian aku minta cuti kerja danmulai melakukan perjalanan panjang yang memaksaku untuk berkeliling di beberapakota mencari dan bertanya di mana orang-orang yang memakai pakaian dan sorban putihberada. Telah panjang perjalanan dan pencarianku. Setiap aku menjumpai kaummuslimin, mereka hanya memakai celana panjang dan kopiah. Hingga akhirnya akusampai di kota Johannesburg.
Di sana aku mendatangi kantor penerima tamu milik Lembaga Muslim Afrika. Dirumah itu aku bertanya kepada pegawai penerima tamu tentang jamaah tersebut.Namun ia mengira bahwa aku seorang peminta-minta dan memberikan sejumlah uang.Aku katakan, "Bukan ini yang aku minta. Bukankah kalian mempunyai tempatibadah yang dekat dari sini? Tolong tunjukkan masjid yang terdekat." Laluaku mengikuti arahannya dan aku terkejut ketika melihat seorang lelakiberpakaian dan bersorban putih sedang berdiri di depan pintu.
Aku sangat girang, karena ciri-cirinya sama seperti yang aku lihat dalam mimpi.Dengan hati yang berbunga-bunga, aku mendekati orang tersebut. Sebelum akumengatakan sepatah kata, ia terlebih dahulu berkata, "Selamat datang yaIbrahim!" Aku terperanjat mendengarnya. Ia mengetahui namaku sebelum akumemperkenalkannya. Lantas ia melanjutkan ucapan-nya, "Aku melihatmu didalam mimpi bahwa engkau sedang mencari-cari kami. Engkau hendak mencarikebenaran? Kebenaran ada pada agama yang diridhai Allah untuk hamba-Nya yaituIslam." Aku katakan, "Benar. Aku sedang mencari kebenaran yang telahditunjukkan oleh lelaki bercahaya dalam mimpiku, agar aku mengikuti sekelompokorang yang berpakaian seperti busana yang engkau kenakan. Tahukah kamu siapalelaki yang aku lihat dalam mimpiku itu?" Ia menjawab, "Dia adalahNabi kami Muhammad, Nabi agama Islam yang benar, Rasulullah SAW." Sulitbagiku untuk mempercayai apa yang terjadi pada diriku. Namun langsung saja akupeluk dia dan aku katakan kepadanya, "Benarkah lelaki itu Rasul dan Nabikalian yang datang menunjukiku agama yang benar?" Ia berkata,"Benar."
Ia lalu menyambut kedatanganku dan memberikan ucapan selamat karena Allah telahmemberiku hidayah kebenaran. Kemudian datang waktu shalat zhuhur. Iamempersilahkanku duduk di tempat paling belakang dalam masjid dan ia pergiuntuk melaksanakan shalat bersama jamaah yang lain. Aku memperhatikan kaummuslimin banyak memakai pakaian seperti yang dipakainya. Aku melihat merekarukuk dan sujud kepada Allah. Aku berkata dalam hati, "Demi Allah, inilahagama yang benar. Aku telah membaca dalam berbagai kitab bahwa para nabi danrasul meletakkan dahinya di atas tanah sujud kepada Allah." Setelah merekashalat, jiwaku mulai merasa tenang dengan fenomena yang aku lihat. Aku berucapdalam hati, "Demi Allah sesungguhnya Allah SAW telah menunjukkan kepadakuagama yang benar." Seorang muslim memanggilku agar aku mengumumkankeislamanku. Lalu aku mengucapkan dua kalimat syahadat dan aku menangissejadi-jadinya karena gembira telah mendapat hidayah dari Allah SWT.
Kemudian aku tinggal bersamanya untuk mempelajari Islam dan aku pergi bersamamereka untuk melakukan safari dakwah dalam waktu beberapa lama. Merekamengunjungi semua tempat, mengajak manusia kepada agama Islam. Aku sangatgembira ikut bersama mereka. Aku dapat belajar shalat, puasa, tahajjud, doa,kejujuran dan amanah dari mereka. Aku juga belajar dari mereka bahwa seorangmuslim diperintahkan untuk menyampaikan agama Allah dan bagaimana menjadiseorang muslim yang mengajak kepada jalan Allah serta berdakwah dengan hikmah,sabar, tenang, rela berkorban dan berwajah ceria.
Setelah beberapa bulan kemudian, aku kembali ke kotaku. Ternyata keluarga danteman-temanku sedang mencari-cariku. Namun ketika melihat aku kembali memakaipakaian Islami, mereka mengingkarinya dan Dewan Gereja meminta kepadaku agardiadakan sidang darurat. Pada pertemuan itu mereka mencelaku karena aku telahmeninggalkan agama keluarga dan nenek moyang kami. Mereka berkata kepadaku,"Sungguh kamu telah tersesat dan tertipu dengan agama orang Arab."Aku katakan, "Tidak ada seorang pun yang telah menipu dan menyesatkanku.Sesungguhnya Rasulullah Muhammad SAW datang kepadaku dalam mimpi untukmenunjukkan kebenaran dan agama yang benar yaitu agama Islam. Bukan agama orangArab sebagaimana yang kalian katakan. Aku mengajak kalian kepada jalan yangbenar dan memeluk Islam." Mereka semua terdiam.
Kemudian mereka mencoba cara lain, yaitu membujukku dengan memberikan harta,kekuasaan dan pangkat. Mereka berkata, "Sesungguhnya Vatikan me-mintamuuntuk tinggal bersama mereka selama enam bulan untuk menyerahkan uang panjarpembelian rumah dan mobil baru untukmu serta memberimu kenaikan gaji danpangkat tertinggi di gereja."
Semua tawaran tersebut aku tolak dan aku katakan kepada mereka, "Apakahkalian akan menyesatkanku setelah Allah memberiku hidayah? Demi Allah akutakkan pernah melakukannya walaupun kalian memenggal leherku." Kemudianaku menasehati mereka dan kembali mengajak mereka ke agama Islam. Maka masukIslamlah dua orang dari kalangan pendeta.
Alhamdulillah, Setelah melihat tekadku tersebut, mereka menarik semua derajatdan pangkatku. Aku merasa senang dengan itu semua, bahkan tadinya aku inginagar penarikan itu segera dilakukan. Kemudian aku mengembalikan semua harta dantugasku kepada mereka dan akupun pergi meninggalkan mereka,” Sily mengakhirikisahnya.
Kisah masuk Islam Ibrahim Sily yang ia ceritakan sendiri kepadaku di kantorku,disaksikan oleh Abdul Khaliq sekretaris kantor Rabithah Afrika dan dua oranglainnya. Pendeta sily sekarang dipanggil dengan Da’i Ibrahim Sily berasal darikabilah Kuza Afrika Selatan. Aku mengundang pendeta Ibrahim -maaf- Da’i IbrahimSily makan siang di rumahku dan aku laksanakan apa yang diwajibkan dalamagamaku yaitu memuliakannya, kemudian ia pun pamit. Setelah pertemuan itu akupergi ke Makkah al-Mukarramah untuk melaksanakan suatu tugas. Waktu itu kamisudah mendekati persiapan seminar Ilmu Syar'i I yang akan diadakan di kota CapeTown. Lalu aku kembali ke Afrika Selatan tepatnya ke kota Cape Town.
Ketika aku berada di kantor yang telah disiapkan untuk kami di Ma'had Arqam,Dai Ibrahim Sily mendatangiku. Aku langsung mengenalnya dan aku ucapkan salamuntuknya dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan disini wahai Ibrahim.?"Ia menjawab, "Aku sedang mengunjungi tempat-tempat di Afrika Selatan untukberdakwah kepada Allah. Aku ingin mengeluarkan masyarakat negeriku dari apineraka, mengeluarkan mereka dari jalan yang gelap ke jalan yang terang denganmemasukkan mereka ke dalam agama Islam."
Setelah Ibrahim selesai mengisahkan kepada kami bahwa perhatiannya sekaranghanya tertumpah untuk dakwah kepada agama Allah, ia meninggalkan kami menujusuatu daerah... medan dakwah yang penuh dengan pengorbanan di jalan Allah. Akuperhatikan wajahnya berubah dan pakaiannya bersinar. Aku heran ia tidak memintabantuan dan tidak menjulurkan tangannya meminta sumbangan. Aku merasakan adayang mengalir di pipiku yang membangkitkan perasaan aneh. Perasaan iniseakan-akan berbicara kepadaku, "Kalian manusia yang mempermainkan dakwah,ti-dakkah kalian perhatikan para mujahid di jalan Allah!"
Benar wahai sudaraku. Kami telah tertinggal... kami berjalan lamban... kamitelah tertipu dengan kehidupan dunia, sementara orang-orang yang seperti Da’iIbrahim Sily, Da’i berbangsa Spanyol Ahmad Sa'id berkorban, berjihad danbertempur demi menyampaikan agama ini. Ya Rabb rahmatilah kami.
(SUMBER: SERIAL KISAH TELADAN karya Muhammad Shalih al-Qaththani, seperti yangdinukilnya dari tulisan Dr. Abdul Aziz Ahmad Sarhan, Dekan fakultas Tarbiyah diMakkah al-Mukarramah, dengan sedikit perubahan. PENERBIT DARUL HAQ,TELP.021-4701616)
asa
Post A Comment:
0 comments:
Post a Comment