February 2015
blog ini berisikan bebagai artikel,seperti softwer,aplikasi komputer ,keutamaan,renungan,hadits,kutbah jumat,kata mutiara, cerama,

Mari kita perhatikan  hadits Nabi saw.:

وَ اللهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَادَامَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ اَخِيْهِ ـ رواه مسلم و ابو داود و الترمذى

Artinya: “Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong sesama saudaranya.” (H.R. Muslim, Abu Daud, dan Turmuzi).

    Selanjutnya Allah menegaskan, “niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” Artinya ada orang yang akan diangkat derajatnya oleh Allah, yaitu orang yang beriman dan orang yang berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat. Orang yang beriman dan orang yang berilmu pengetahuan akan nampak arif bijaksana, jiwa dan matanya akan memancarkan cahaya. Iman dan ilmu akan membuat orang mantap dan agung. Orang yang beriman dan berilmu (tidak terbatas kepada ilmu yang berkaitan dengan ubudiyah tapi juga yang dapat memberi manfaat untuk kemaslahatan umat) akan memperoleh derajat yang tinggi baik di dunia maupun di akhirat. Kita bisa saksikan, orang-orang yang menguasai dunia ini adalah orang-orang yang berilmu. Mereka dengan mudah mengumpulkan harta benda, mempunyai kedudukan, dan dihormati orang. Ini satu petanda Allah meninggikan derajatnya.
BEBERAPA DALIL TENTANG MENUNTUT ILMU


       Jadi antara iman dan ilmu harus selaras dan seimbang sehingga jika menjadi ulama, ia menjadi ulama yang berpengetahuan luas. Jika ia menjadi dokter maka akan menjadi dokter yang beriman. Jika ia menjadi insinyur maka akan menjadi insinyur yang beriman dan sebagainya. Kemudian di akhir ayat dikatakan: “dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Allah mengetahui segala perbuatan manusia, tidak ada yang samar bagi-Nya. Siapa yang taat dan siapa yang durhaka, Dia akan membalas semua amal perbuatan manusia. Orang yang berbuat baik dibalas dengan akibat kebaikannya dan yang durhaka akan dibalas sesuai dengan kedurhakaannya.

Surah al-Mujadilah ayat 11

يَآيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْآ اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجَلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ اَمَنُوْا مِنْكُمْ وَ الَّذِيْنَ اُوْتُوْا الْعِلْمَ دَرَجَتٍ وَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ـ المجادلة

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis.” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu.” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujadilah: 11).

Penjelasan Ayat

      Surah al-Mujadilah ayat 11 menerangkan tentang etika (sopan santun) bila berada dalam suatu majlis dan kedudukan orang yang beriman, serta orang yang berilmu pengetahuan.

        Ayat ini turun berkenaan dengan suatu peristiwa, yaitu Rasulullah saw. pada suatu hari, yakni hari Jumat sedang beada di Shuffah (yaitu ruang tempat berkumpul dan sesekali dijadikan tempat tinggal sementara sahabat yang tidak mempunyai rumah tangga). Tempat itu agak sempit. Para sahabat baik dari kalangan Anshar maupun Muhajirin telah berkumpul mengelilingi Rasulullah saw. Beberapa orang sahabat yang mengikuti perang Badar telah hadir. Kemudian datang pula yang lain. Mereka yang baru datang memberi salam, dan Rasul pun serta sahabat menjawab salam tersebut. Tapi mereka yang datang lebih dahulu (yang sudah duduk) tidak bergeser sedikit pun dari tempat duduknya, sehingga mereka yang baru datang berdiri terus. Melihat hal itu, Rasulullah saw. merasakan kurang senang karena di antara yang baru datang itu ada sahabat-sahabat yang mendapat penghargaan istimewa dari Allah, mereka turut dalam perang Badar. Akhirnya Rasulullah saw. bersabda kepada sahabat yang bukan ahli Badar: “Hai Fulan! Berdirilah engkau! Hai Fulan! Berdirilah engkau!” Lalu beliau menyuruh duduk para ahli Badar itu. Tapi yang disuruh berdiri ada yang wajahnya menunjukkan ketidaksenangannya dan orang munafik yang turut hadir ada yang membisikkan celaannya seraya berkata: “Itu perbuatan yang tidak adil, demi Allah! Padahal ada orang yang dari semula sudah duduk karena ingin mendekat dan mendengar, tiba-tiba berdiri dan tempatnya diduduki orang yang baru datang.” Melihat yang demikian

 Rasulullah saw. bersabda:

رَحِمَ اللهُ رَجُلاً يَفْسَحُ لِاَخِيْهِ ـ رواه ابى حاتم

Artinya: “Dirahmati Allah seseorang yang melapangkan tempat buat saudaranya.” (H.R. Abu Hatim).
BEBERAPA DALIL TENTANG KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU

   Maka turunlah ayat di atas. Inilah sebab turunnya ayat di atas menurut Muqatil bin Hubban.Dalam suatu majlis tentu ada orang yang datang terlebih dahulu sehingga tempat duduk bersama itu sudah terisi dan kelihatan sempit, karena sempitnya orang yang datang kemudian tidak lagi mendapat tempat, lalu dianjurkan oleh Rasulullah agar yang duduk terlebih dahulu melapangkan tempat bagi yang datang kemudian. Sebenarnya yang sempit itu bukanlah tempatnya, melainkan hatinya. 

     Tabiat manusia yang mementingkan diri sendiri membuatnya enggan memberikan tempat kepada orang yang baru datang. Jadi, dalam hal ini “hati” sangat berperan. Contoh: Ketika kita sedang berada di sebuah kendaraan umum dan mendapat tempat duduk; setelah itu banyak orang lain yang naik, mereka tidak dapat tempat duduk. Di antara mereka ada laki, wanita, tua, muda, hati kita iba melihat nenek tua berdiri bergelantungan di kendaraan. Untuk itu kita persilakan nenek tersebut duduk di tempat kita sementara kita ikhlas dan bersenang hati untuk berdiri. Atau di antara penumpang yang berdiri itu adalah kawan dekat kita maka dengan tulus kita ajak dia duduk bersama-sama. Karena hati lapang maka tempat duduk yang sempit itu pun terasa lapang, bahkan kita bangga dapat menolongnya. Lebih-lebih, jika yang kita lihat itu orang yang kita hormati dan segani. Jadi, jelaslah apabila hati sudah terbuka maka tidak ada lagi alasan sempit dan kita mengalah demi orang yang kita hormati dan segani.

     Jadi, sangat wajar jika Nabi meminta orang lain berdiri atau bergantian untuk memberikan tempat duduk kepada para pahlawan perang Badar tersebut. Dan ternyata sikap Rasulullah saw. itu didukung langsung oleh Allah swt., terbukti dengan diturunkannya ayat tersebut di atas.

        Begitu juga dengan majlis pengajian di masjid atau surau, betapa pun sempitnya majlis, kenyataannya masih bisa diisi orang lagi. Oleh sebab itu, ayat ini diawali dengan panggilan orang yang beriman, sebab orang-orang yang beriman itu hatinya lapang dan mereka pun mencintai saudaranya yang terlambat datang, dan dipersilakannya duduk di dekatnya. Lanjutan ayat menjelaskan “niscaya Allah akan melapangkan bagi kamu.” Artinya, karena hati telah dilapangkan terlebih dahulu menerima teman, hati kedua belah pihak akan sama-sama terbuka. Hati yang terbuka akan memudahkan segala urusan berikutnya.

      Jika hati sudah lapang, pikiran pun lega, akal pun terbuka dan rezeki yang halal pun akan datang dari Allah dengan lancar. Kemudian kelanjutan ayat adalah “apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah!” Artinya apabila kamu diminta untuk berdiri dari majlis Rasulullah saw. maka berdirilah. Kemudian menjadi pedoman umum, apabila pemilik majlis mengatakan kepada siapa saja yang ada di majlisnya: “Berdirilah!” maka sebaiknya kata-kata itu diperhatikan. Sebab tidak selayaknya orang yang baru datang menyuruh berdiri kepada seseorang lalu duduk di tempat duduk orang itu. 

Sabda Rasulullah saw.:

لاَيُقِمِ الرَّجُلُ الرَّجُلَ مِنْ مَجْلِسِهِ وَلَكِنْ تَفَسَّحُوْا وَتَوَسَّعُوْا

Artinya: “Janganlah seseorang menyuruh berdiri kepada orang lain dari tempat duduknya. Akan tetapi, lapangkanlah dan longgarkanlah.”

     Jadi, sekurang-kurangnya etika dalam suatu majlis adalah melapangkan tempat duduk kepada orang lain dan taat pada pemimpin majlis (pemimpin rapat). Imam ar-Razi mengatakan, ayat ini menunjukkan bahwa apabila seseorang berlapang hati kepada sesama hamba Allah dalam memasuki serba aneka pintu kebajikan dan dengan senang pikiran, niscaya Allah akan melapangkan pula baginya pintu-pintu kebajikan di dunia dan diakhirat.

blog ini berisikan bebagai artikel,seperti softwer,aplikasi komputer ,keutamaan,renungan,hadits,kutbah jumat,kata mutiara, cerama,

tata Cara mengamalkan ayat seribu dinar

tata Cara mengamalkan ayat seribu dinar

Membaca ayat At-Thalaq 2-3 sebanyak 1000 kali dalam sehari. Caranya dapat mendawamkan bacaan 1000 kali dalam sekali duduk, atau membaca seusai sholat fardhu 200 kali, jadi dalam 1 hari total jumlah bacaan adalah 1000 kali. Baca dengan ikhlas sambil meresapi maknanya. Setelah itu berdoa kepada Allah sesuai apa yang menjadi hajatnya.

Cara ini lazim diamalkan oleh sebagian mereka yang mengamalkan ayat 1000 dinar. Dari para praktisi spiritual biasanya menerangkan ayat-ayat Al-Qur'an mengandung energi positif yang sangat dahsyat. Sehingga membaca ayat secara berulang-ulang akan mengakumulasikan energi positif bagi mereka yang membacanya.

pernah ada sebuah cerita tentang seseorang yang terlilit utang dan ia tak sanggup membayar utang itu, hingga akhirnya orang itu memutuskan untuk bunuh diri, sebelum ia bunuh diri ternyata orang itu ketemu dengan seorang ustad dan ustad itu memberikan sedikit ceramah dan saran pada orang itu agar ia membaca ayat seribu dinar ini, ustad itu sambil menjelaskan arti dari ayat seribu dinar itu, dan akhir nya orang tersebut bisa melunasi semua hutang-hutang nya.

Dan ternyata ada yang pernah mencoba cara ini dan sharing pengalamannya di blog pribadinya. Lebih lengkapnya klik di sini

demikian tata cara mengamalkan ayat seribu dinar ini, ingat pesan dari saya jangan sampai anda hanya membaca nya saja, tapi pahami makna dari amalan tersebut, sambil menghayati arti dari amalan tersebut karena akan lebih berasa manfaat nya jika kita bisa menghadirkan hati kita saat membaca nya dan yang paling penting adalah tetaplah istiqomah dalam mengamalkan amalan apa saja.
tata cara mengamalkan ayat seribu dinar, sebelum nya anda harus tau dulu apa khasiat atau apa itu ayat seribu dinar jika anda belum tau anda harus baca dulu artikel ini .

Ayat seribu dinar secara tersurat memang secara terang-terangan menceritakan tentang keterkaitan antara rezeki dan pertolongan Allah dengan takwa. Isi ayat Ath-Thalaq : 2-3 adalah sebagai berikut :

arti dari bacaan di atas adalah "...Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS Ath-Thalaq : 2-3)

Banyak orang-orang yang telah mengamalkan amalan ini untuk mengundang datang nya rezeki, rezeki itu bagaikan saluran pipa, jika saluran pipa itu tersumbat maka otomatis tidak bisa mengalir maka harus di bersihkan dengan baca istighfar dan ayat seribu dinar ini berfungsi untuk melebarkan saluran pipa tersebuat agar muatan air yang mengalir itu semakin banyak.

tata Cara mengamalkan ayat seribu dinar sebagai pembuka pintu rezeki ? Caranya dengan membaca ayat 1000 dinar dengan jumlah bilangan tertentu pada waktu tertentu. Untuk hal yang satu ini ada beberapa ulama yang memberikan cara pengamalan ayat Ath-Thalaq : 2-3 yang biasanya bertujuan untuk memudahkan datangnya rezeki.



Wallahu a'lam bishowab
blog ini berisikan bebagai artikel,seperti softwer,aplikasi komputer ,keutamaan,renungan,hadits,kutbah jumat,kata mutiara, cerama,
HUKUM MELAMAR ANAK GADIS YANG SUDAH DI LAMAR ORANG


Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :

الْمُؤْمِنُ أَخُو الْمُؤْمِنِ، فَلَا يَحِلُّ لِلْمُؤْمِنِ أَنْ يَبْتَاعَ عَلَى بَيْعِ أَخِيهِ، وَلَا يَخْطُبَ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ حَتَّى يَذَرَ
Seorang mukmin adalah saudara mukmin lainnya. Tidak dihalalkan bagi seorang mukmin membeli barang yang telah dibeli oleh saudaranya. Dan ia pun tidak boleh melamar wanita yang telah dilamar saudaranya hingga saudaranya itu meninggalkan lamarannya” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1414].
Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa berkata :
نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَبِيعَ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَلَا يَخْطُبَ الرَّجُلُ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ حَتَّى يَتْرُكَ الْخَاطِبُ قَبْلَهُ، أَوْ يَأْذَنَ لَهُ الْخَاطِبُ
“Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang menjual barang yang telah ia jual orang lain. Seorang laki-laki tidak boleh melamar wanita yang telah dilamar saudaranya, hingga saudaranya itu meninggalkannya atau mengizinkannya (untuk melamarnya)” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5142].
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ، وَلَا تَجَسَّسُوا، وَلَا تَحَسَّسُوا، وَلَا تَبَاغَضُوا، وَكُونُوا إِخْوَانًا، وَلَا يَخْطُبُ الرَّجُلُ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ حَتَّى يَنْكِحَ أَوْ يَتْرُكَ
Jauhilah oleh kalian prasangka, karena prasangka itu sedusta-dusta perkataan. Janganlah kalian saling memata-matai, saling mencari-cari kesalahan, dan saling membenci. Jadilah kalian orang-orang yang bersaudara. Janganlah seorang laki-laki melamar wanita yang telah dilamar saudaranya, hingga saudaranya itu menikahinya atau meninggalkannya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5144].
Lantas, batasan apakah yang digunakan oleh seorang laki-laki muslim untuk menahan diri tidak melamar seorang wanita yang telah dilamar oleh orang lain ?. Ada dua, yaitu :
1.     Mengetahui atau diberitahu oleh saudaranya bahwa ia akan melamar seorang wanita, dan kemudian mengetahui kemungkinan besar si wanita  akan menerima lamaran saudaranya tersebut.
Dalilnya :
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ، عَنْ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يُحَدِّثُ، " أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ حِينَ تَأَيَّمَتْ حَفْصَةُ، قَالَ عُمَرُ: لَقِيتُ أَبَا بَكْرٍ، فَقُلْتُ: إِنْ شِئْتَ أَنْكَحْتُكَ حَفْصَةَ بِنْتَ عُمَرَ، فَلَبِثْتُ لَيَالِيَ، ثُمَّ خَطَبَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَقِيَنِي أَبُو بَكْرٍ، فَقَالَ: إِنَّهُ لَمْ يَمْنَعْنِي أَنْ أَرْجِعَ إِلَيْكَ فِيمَا عَرَضْتَ إِلَّا أَنِّي قَدْ عَلِمْتُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ ذَكَرَهَا فَلَمْ أَكُنْ لِأُفْشِيَ سِرَّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَوْ تَرَكَهَا لَقَبِلْتُهَا "
Telah menceritakan kepada kami Abul-Yamaan : Telah mengkhabarkan kepada kami Syu’aib, dari Az-Zuhriy, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepadaku Saalim bin ‘Abdillah, bahwasannya ia pernah mendengar ‘Abdullah bin ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa menceritakan : Bahwa ketika Hafshah menjanda, ‘Umar bin Al-Khaththaab berkata : “Aku menemui Abu Bakr, dan aku katakan kepadanya : ‘Apabila engkau ingin, aku akan nikahkan engkau dengan Hafshah bintu ‘Umar’. Aku tunggu beberapa malam (jawabannya). Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dating melamarnya (Hafshah). Lalu Abu Bakr menemuiku dan berkata : ‘Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku untuk menerima tawaranmu, kecuali aku telah mengetahui bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah menyebut (akan melamar)-nya, sementara aku tidak ingin membuka rahasia Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Seandainya beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam meninggalkannya (tidak jadi menikahinya), niscaya aku menerima tawaranmu untuk menikahinya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5145].
Ibnu Baththaal rahimahullah menjelaskan :
وَلَكِنَّهُ قَصَدَ مَعْنًى دَقِيقًا يَدُلّ عَلَى ثُقُوب ذِهْنه وَرُسُوخه فِي الِاسْتِنْبَاط ، وَذَلِكَ أَنَّ أَبَا بَكْر عَلِمَ أَنَّ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَطَبَ إِلَى عُمَر أَنَّهُ لَا يَرُدّهُ بَلْ يَرْغَب فِيهِ وَيَشْكُر اللَّه عَلَى مَا أَنْعَمَ عَلَيْهِ بِهِ مِنْ ذَلِكَ ، فَقَامَ عِلْمُ أَبِي بَكْر بِهَذَا الْحَال مَقَام الرُّكُون وَالتَّرَاضِي ، فَكَأَنَّهُ يَقُول : كُلّ مَنْ عَلِمَ أَنَّهُ لَا يُصْرَف إِذَا خَطَبَ لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ أَنْ يَخْطُب عَلَى خِطْبَته
“Akan tetapi hadits itu mempunyai maksud yang sangat dalam yang menunjukkan ketajaman akal Abu Bakr dan kedalamannya dalam beristinbaath (menyimpulkan hukum). Yaitu, Abu Bakr telah mengetahui bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallamapabila melamar (Hafshah) kepada ‘Umar, maka ia (‘Umar) tidak akan menolaknya.Bahkan ia akan menyukainya dan bersyukur kepada Allah ta’ala atas nikmat yang telah dilimpahkan kepadanya atas lamaran tersebut. Lalu Abu Bakr mengetahui adanya kecenderungan dan keridlaannya, sehingga seakan-akan ia berkata : ‘Setiap orang yang mengetahui seseorang yang jika ia melamar, lamarannya tidak akan ditolak; maka tidak boleh bagi seorang pun untuk melamar wanita yang dilamar saudaranya tersebut” [Fathul-Baariy, 9/201].
Asy-Syaikh Husain Al-‘Awaaisyah hafidhahullah berkata :
والحاصل : أن تفسير ترْك الخطبة في الحديث السابق أن تُذْكَر المرأة من قِبَل شخص لأخيه، ويعلم رغبته في النكاح منها، ويُرجّح قبول الوليّ، فهذا كلّه يدعو إلى ترْك الخطبة، والله أعلم
“Kesimpulannya : Tafsir ‘meninggalkan lamaran (tarkul-khithbah)’ pada hadits di atas adalah bila seorang wanita disebutkan oleh seseorang kepada laki-laki lain, dan laki-laki itu mengetahui keinginan orang tersebut untuk menikahinya dan besar kemungkinannnya si wali menerima lamarannya; maka semuanya ini menuntut laki-laki yang mengetahui itu untuk meninggalkan lamaran (tidak malamar) wanita tersebut. Wallaahu a’lam”.
2.     Telah mengetahui keridlaan/penerimaan si wanita atas lamaran yang pertama.
At-Tirmidziy rahimahullah berkata :
قَالَ مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ: إِنَّمَا مَعْنَى كَرَاهِيَةِ أَنْ يَخْطُبَ الرَّجُلُ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ: إِذَا خَطَبَ الرَّجُلُ الْمَرْأَةَ فَرَضِيَتْ بِهِ فَلَيْسَ لِأَحَدٍ أَنْ يَخْطُبَ عَلَى خِطْبَتِهِ.
وقَالَ الشَّافِعِيُّ: مَعْنَى هَذَا الْحَدِيثِ لَا يَخْطُبُ الرَّجُلُ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ: هَذَا عِنْدَنَا إِذَا خَطَبَ الرَّجُلُ الْمَرْأَةَ فَرَضِيَتْ بِهِ وَرَكَنَتْ إِلَيْهِ، فَلَيْسَ لِأَحَدٍ أَنْ يَخْطُبَ عَلَى خِطْبَتِهِ، فَأَمَّا قَبْلَ أَنْ يَعْلَمَ رِضَاهَا أَوْ رُكُونَهَا إِلَيْهِ فَلَا بَأْسَ أَنْ يَخْطُبَهَا، وَالْحُجَّةُ فِي ذَلِكَ حَدِيثُ فَاطِمَةَ بِنْتِ قَيْسٍ، حَيْثُ جَاءَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَتْ لَهُ، أَنَّ أَبَا جَهْمِ بْنَ حُذَيْفَةَ، وَمُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِي سُفْيَانَ خَطَبَاهَا، فَقَالَ: أَمَّا أَبُو جَهْمٍ فَرَجُلٌ لَا يَرْفَعُ عَصَاهُ عَنِ النِّسَاءِ، وَأَمَّا مُعَاوِيَةُ فَصُعْلُوكٌ لَا مَالَ لَهُ، وَلَكِنْ انْكِحِي أُسَامَةَ.
فَمَعْنَى هَذَا الْحَدِيثِ عِنْدَنَا وَاللَّهُ أَعْلَمُ أَنَّ فَاطِمَةَ لَمْ تُخْبِرْهُ بِرِضَاهَا بِوَاحِدٍ مِنْهُمَا، وَلَوْ أَخْبَرَتْهُ لَمْ يُشِرْ عَلَيْهَا بِغَيْرِ الَّذِي ذَكَرَتْ
“Maalik berkata : ‘Makna hadits ini adalah dimakruhkannya seorang laki-laki melamar wanita yang telah dilamar saudaranya, yaitu apabila ada seorang laki-laki melamar seorang wanita, dan wanita itu meridlai lamarannya (menerimanya). Dalam keadaan ini, tidak boleh bagi seorang pun untuk melamar wanita yang dilamar oleh laki-laki tersebut’.
Asy-Syaafi’iy berkata : ‘Makna hadits ini adalah : seorang laki-laki tidak boleh melamar wanita yang telah dilamar saudaranya, yaitu apabila ada seorang laki-laki yang melamar seorang wanita, lalu wanita itu meridlainya (menerimanya) dan cenderung (suka) kepadanya. Dalam keadaan ini, tidak boleh bagi seorang pun untuk melamar wanita yang telah dilamar oleh laki-laki tersebut. Adapun jika seseorang belum mengetahui keridlaan atau kecenderungan wanita tersebut terhadap lamaran laki-laki yang pertama, maka tidak mengapa ia melamarnya’. Dalilnya adalah hadits Faathimah bintu Qais ketika ia datang menemui Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam dan menyebutkan bahwa Abu Jahm bin Hudzaifah dan Mu’aawiyyah bin Abi Sufyaan melamarnya. Maka beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Abu Jahm, maka ia seorang laki-laki yang tidak pernah mengangkat tongkat dari wanita[1]. Adapun Mu’aawiyyah, maka ia seorang laki-laki miskin. Akan tetapi menikahlah dengan Usaamah’.
Makna hadits ini menurut kami – wallaahu a’lam – bahwasannya Faathimah belum mengkhabarkan kepada beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang keridlaannya akan lamaran salah seorang di antara keduanya (Abu Jahm dan Mu’aawiyyah). Seandainya ia (Faathimah) telah mengkhabarkan kepada beliau (tentang keridlaannya), tentu beliau tidak akan mengisyaratkan pertimbangan kepada laki-laki selain yang ia sebutkan” [Jaami’ At-Tirmidziy, 2/427-428].
Semoga artikel singkat ini ada manfaatnya.
blog ini berisikan bebagai artikel,seperti softwer,aplikasi komputer ,keutamaan,renungan,hadits,kutbah jumat,kata mutiara, cerama,
TIPS MENDAPATKAN JODOH DENGAN CARA ISLAMI

Memang perjodohan itu walaupun sudah ditetapkan Allah di Lauhul Mahfuz, bagi manusia sendiri itu tetap jadi hal yang ghaib dan sulit diduga; bagi sebagian sebagian orang tampak mudah sekali datangnya, sementara bagi yang lain amat sulit dan susah. Bahkan ada kalanya sampai tua seseorang belum menikah juga.
Bila kita melihat pada masa kenabian, Rasulullah saw berusaha menyegerakan pernikahan anak laki-laki dan anak perempuan, begitu juga dengan para sahabat yang berusaha mengawinkan para janda. Sehingga permasalahan pernikahan atau sulitnya mendapat jodoh terjadi karena pemerintah Islam pada masa itu membantu urusan pernikahan rakyatnya.
Jadi,  dalam soal mencari jodoh tidaklah dibebankan kepada orang yang bersangkutan saja, berbagai pihak ikut terlibat. Perhatikan QS surat An Nuur 32: Dan kawinkanlah orang-orang-orang sendirian (lajang) di antara kamu dan orang-orang yang layak (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya.        
Dalam sirah kita menemukan bagaimana Rasulullah saw berusaha menyegerakan pernikahan anak laki-laki sebagai mana yang diriwayatkan dari Abdul Muththalib bin Rabi’ah bin al-Harits: Rasulullah berkata kepada Mahmiyah (seorang ayah yang bekerja mengurus rampasan perang dan memiliki anak perempuan) kawinkanlah anak ini (al-Fadhl bin Abbas) dengan putrimu…lalu ia pun menikahkannya.
Rasulullah pernah pula mengusulkan pada Fatimah binti Qais dengan ucapan beliau; Kawinlah dengan Usamah.”  Fatimah menuruti saran Rasulullah dan mengakui bahwa setelah menikah dengan Usamah ia merasakan Allah memberinya kebaikan dan kesenangan dengan pernikahan tersebut.”(HR Muslim).
Bagi seorang anak perempuan sebenarnya yang bertanggung jawab dalam mencarikan jodoh baginya adalah orangtua, namun demikian sang anak harus diminta persetujuannya terlebih dahulu. Untuk masa sekarang banyak orangtua menyerahkan sepenuhnya pada sang anak.                                                                                                                                                     
Sebagai solusi dalam mencari jodoh dengan tetap berpegangan kepada syariat Islam yang memang diturunkan untuk kemashlahatan manusia, beberapa cara di bawah ini dapat dilakukan:
1-Yang paling utama dan lebih utama adalah memohonkannya pada Sang Khalik, karena Dialah yang menciptakan manusia berpasang-pasangan (QS An Nisaa:1). Bermohonlah kepada Allah swt. Bentuk permohonan bisa berupa doa yang dipanjatkankan pada saat-saat yang mustajab, bisa juga dengan melaksanakan shalat 2 rakaat (shalat hajat) dan memohon dengan khusyu’ pada Allah swt.
Mengenai doa-doa untuk mempercepat datangnya jodoh, setahu saya tidak ada  menurut riwayat yang shahih yang diajarkan Nabi saw. Ada doa umum yang bisa kita baca seperti yang terdapat dalam QS Al Furqon: 74. Atau berdoalah dengan bahasa kita sendiri karena sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kita munajatkan.
2- Melalui mediator, antara lain:
a- Orangtua. Seorang anak tidak perlu sungkan meminta orangtuanya untuk mencarikannya jodoh dengan menyebut kriteria yang ia inginkan.   
b- Guru ngaji (murobbiyah). Jika memang sudah mendesak untuk menikah, tidak ada salahnya untuk minta tolong kepada guru ngaji agar dicarikan jodoh yang sesuai dengannya. Dengan keyakinan bahwa jodoh bukanlah di tangan guru ngaji. Ini adalah salah satu upaya dalam mencari jodoh.
c- Sahabat dekat. Utarakan keinginan padanya untuk dicarikan jodoh yang shalih. Sebagai gambaran, kita melihat perjodohan antara Nabi saw dengan Khadijah ra. Diawali dengan ketertarikan Khadijah ra kepada pribadi beliau yang pada saat itu berstatus karyawan pada perusahan bisnis yang dipegang oleh Khadijah ra. Melalui Nafisah sebagai mediatornya, akhirnya Nabi saw menikahi Khadijah ra.
d- Biro jodoh. Biro jodoh yang Islami mudah-mudahan dapat memenuhi keinginan seseorang untuk menikah. Dikatakan Islami karena prosedur yang dilakukan sesuai dengan syariat Islam. Salah satu diantaranya adalah Klub Ummi Bahagia. Berhati-hatilah dalam memilih biro jodoh.
3- Langsung, maksudnya calon sudah dikenal terlebih dahulu. Dan pastinya ia berakhlak Islami menurut kebanyakan orang-orang yang dekat dengannya (temannya atau pihak keluarganya). Namun  begitu, walau sudah kenal, pacaran tetap dilarang oleh Islam. Jika masing-masing sudah cocok maka segera saja melamar dan menikah.
Bila memang yang tertarik lebih dahulu adalah muslimahnya, maka ia dapat menawarkan dirinya kepada laki-laki shalih yang ia  senangi tersebut – hal ini memang belum lazim di tengah masyarakat kita. Seorang shahabiyat pernah datang kepada Nabi saw dan menawarkan dirinya kepada beliau. Maka seorang wanita mengomentarinya: “Betapa sedikit rasa malunya.” Ayahnya yang mendengar komentar putrinya itu menjawab: “Dia lebih baik dari pada kamu, dia menginginkan Nabi saw dan menawarkan dirinya kepada beliau.”                                                                                       
Sebuah cerita bagus dikemukakan oleh Abdul Halim Abu Syuqqoh pengarang buku Tahrirul Mar’ah, bahwa ada seorang temannya yang didatangi oleh  seorang wanita untuk mengajaknya menikah. Temannya itu merasa terkejut dan heran, maka wanita itu bertanya : “Apakah aku mengajak Anda untuk berbuat haram? Aku hanya mengajak Anda untuk kawin sesuai dengan sunnah Allah dan Rasul-Nya.” Maka terjadilah pernikahan setelah itu.
Semua upaya tersebut hendaknya ditempuh dengan rasa sabar dan tawakal tidak kenal putus asa. Lalu, sambil menunggu datangnya jodoh sebaiknya ukhti Alma mengaktualisasikan kemampuan yang ada pada diri ukhti. Lakukan apa yang dapat dilakukan sehingga bermanfaat bagi masyarakat dan dakwah. Jika orang kurang pergaulan, bagaimana ia dapat mengenal orang lain yang ingin menikahinya?
Perlu juga ukhti Alma mengadakan evaluasi terhadap kriteria pasangan hidup yang ukhti inginkan. Seseorang yang memiliki standar sangat ideal, menyebabkan ia terlalu memilih-milih pasangan yang hendak melamarnya. Akhirnya, semua usaha yang telah dilakukan diserahkan kembali kepada Allah swt. Ia Maha Mengetahui jalan kehidupan kita dan kepada-Nyalah kita berserah diri.

blog ini berisikan bebagai artikel,seperti softwer,aplikasi komputer ,keutamaan,renungan,hadits,kutbah jumat,kata mutiara, cerama,
bacaan ayat kursi latin beserta khasiatnya-berikut ini adalah bacaan ayat kursi yang merupakan ayat yang sering di baca oleh seorang muslim dengan berbagai acara tahlilan,ayat kursi juga selalu di baca setelah habis sholat,jika anda yang belum bisa membaca bacaan arab berikut ini saya bagikan ayat kursi berupa latin untuk mempermudah dalam membaca ayat kursi;
BACAAN AYAT KURSI LATIN BESERTA KHASIATNYA


Tulisan Ayat Kursi Latin :

ALLAHU LAA ILAAHA ILLA HUWAL HAYYUL QAYYUMU. LAATA’KHUDZUHUU SINATUW WA LAA NAUUM. LAHUU MAA FISSAMAAWAATI WA MAA FIL ARDHI. MAN DZAL LADZII YASFA’U ‘INDAHUU ILLAA BI IDZNIHI. YA’LAMU MAA BAINA AIDIIHIM WA MAA KHALFAHUM. WA LAA YUHITHUUNA BI SYAI-IN MIN ‘ILMIHII ILLAA BI MAASYAA-A. WASI’A KURSIYYUHUSSAMAAWAATI WAL ARDHA. WA LAA YA-UDHUU HIFZHUHUMAA WAHUWAL ‘ALIYYUL AZHIIM

Bacaan,an Ayat Kursi dalam huruf latin :
ALLOHU LAA ILAAHA ILLA HUWAL HAYYUL QOYYUM. LAATA’KHUDZUHUU SINATUW WA LAA NAUUM. LAHUU MAA FISSAMAAWAATI WA MAA FIL ARDH. MAN DZAL LADZII YASFA’U ‘INDAHUU ILLAA BI IDZNIH. YA’LAMU MAA BAINA AIDIIHIM WA MAA KHOLFAHUM. WA LAA YUHITHUUNA BI SYAI-IN MIN (dengung) ‘ILMIHII ILLAA BI MAASYAA-A.WASI’A KURSIYYUHUSSAMAAWAATI WAL ARDH. WA LAA YA-UDHUU HIFZHUHUMAA WAHUWAL ‘ALIYYUL AZHIIIM.

Arti dan terjemahan Ayat Kursi

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS : Al-Baqarah : 255)

Di dalam Ayat Kursi terkandung Kebesaran Allah, Keagungan Allah, Kekuasaan Allah dan Ilmu-ilmu Allah yang meliputi langit dan bumi. Sudah banyak umat muslim yang mempunyai pengalaman mengamalkan Ayat Kursi. Dimana Fadhilah, Karomah, Hikmah, Manfaat dan Khasiat sudah dirasakan oleh umat muslim yang mengamalkan Riyadhoh Ayat secara Istiqomah dan Tuma’ninah.

Khasiat Ayat Kursi:

Sesiapa yang membaca ayat Kursi dengan istikamah setiap kali selesai sembahyang fardhu, setiap pagi dan petang, setiap kali masuk kerumah atau kepasar, setiap kali masuk ke tempat tidur dan musafir, insyaallah akan diamankan dari godaan syaitan dan kejahatan raja-raja (pemerintah) yang kejam, diselamatkan dari kejahatan manusia dan kejahatan binatang yang memudharatkan.

Terpelihara dirinya dann keluarganya, anak-anak nya, hartanya, rumahnya dari kecurian, kebakaran dan kekaraman.

Terdapat keterangan dalam kitab Assarul Mufidah, barang siapa yang mengamalkan membaca ayat kursi, setiap kali membaca sebanyak 18 kali, inyaallah ia akan hidup berjiwa tauhid, dibukakan dada dengan berbagai hikmat, dimudahkan rezekinya, dinaikkan martabatnya, diberikan kepadanya pengaruh sehingga orang selalu segan kepadanya, diperlihara dari segala bencana dengan izin Allah s.w.t.

Salah seorang ulama Hindi mendengar dari salah seorang guru besarnya dari Abi Lababah r.a, membaca ayat Kursi sebanyak anggota sujud (7 kali) setiap hari ada benteng pertahanan Rasulallah s.a.w.

Syeikh Abul ‘Abas alBunni menerangkan: “Sesiapa membaca ayat Kursi sebanyak hitungan kata-katanya (50 kali), di tiupkan pada air hujan kemudian diminumnya, maka inysyaallah tuhan mencerdaskan akalnya dan memudahkan faham pada pelajaran yang dipelajari.

Sesiapa yang membaca ayat Kursi selepas sembahyang fardhu, Tuhan akan mengampunkan dosanya. Sesiapa yang membacanya ketika hendak tidur, terpelihara dari gangguan syaitan, dan sesiapa yang membacanya ketika ia marah, maka akan hilang rasa marahnya.

Syeikh alBuni menerangkan: Sesiapa yang membaca ayat Kursi sebanyak hitungan hurufnya (170 huruf), maka insyaallah, Tuhan akan memberi pertolongan dalam segala hal dan menunaikan segala hajatnya, dam melapangkan fikiranyan, diluluskan rezekinya, dihilangkan kedukaannya dan diberikan apa yang dituntutnya.

Barang siapa membaca ayat Kursi ketika hendak tidur, maka Tuhan mewakilkan dua malaikat yang menjaga selama tidurnya sampai pagi.

Abdurahman bin Auf menerangkan bahawa, ia apabila masuk kerumahnya dibaca ayat Kursi pada empat penjuru rumahnya dan mengharapkan dengan itu menjadi penjaga dan pelindung syaitan.

Syeikh Buni menerangkan: sesiapa yang takut terhadap serangan musuh hendaklah ia membuat garis lingkaran denga nisyarat nafas sambil membaca ayat Kuris.

Kemudian ia masuk bersama jamaahnya kedalam garis lingkaran tersebut menghadap kearah musuh, sambil membaca ayat Kursi sebayak 50 kali, atau sebanayk 170 kali, insyaallah musuh tidak akan melihatnya dan tidak akan memudharatkannya.

Syeikul Kabir Muhyiddin Ibnul Arabi menerangkan bahawa; sesiapa yang membaca ayat Kursi sebayak 1000 kali dalam sehari semalam selama 40 hari, maka demi Allah, demi Rasul, demi alQuran yang mulia, Tuhan akan membukakan baginya pandangan rohani, dihasilkan yang dimaksud dan diberi pengaruh kepada manusia. (dari kitab Khawasul Qur’an)
blog ini berisikan bebagai artikel,seperti softwer,aplikasi komputer ,keutamaan,renungan,hadits,kutbah jumat,kata mutiara, cerama,


bacaan sholat lima waktu versi bahasa indonesia-kali ini saya akan memposting bacaan sholat dengan bahasa indonesia untuk mempermudah anda yang belum bisa membaca bahasa arab.
bacaan sholat lima waktu versi bahasa indonesia

DOA IFTITAH

ALLAAHU AKBARU KABIIRAA WAL HAMDU LILLAAHI KATSIIRAA WASUBHAANALLAAHI BUKRATAW WAASHIILAA.

artinya: Allah Maha Besar, Maha Sempurna Kebesaran-Nya. Segala Puji Bagi Allah, Pujian Yang Sebanyak-Banyaknya. Dan Maha Suci Allah Sepanjang Pagi Dan Petang.

INNII WAJJAHTU WAJHIYA LILLADZII FATHARAS SAMAAWAATI WAL ARDHA HANIIFAM MUSLIMAW WAMAA ANA MINAL MUSYRIKIIN.

artinya: Kuhadapkan Wajahku Kepada Zat Yang Telah Menciptakan Langit Dan Bumi Dengan Penuh Ketulusan Dan Kepasrahan Dan Aku Bukanlah Termasuk Orang-Orang Yang Musyrik.

INNA SHALAATII WANUSUKII WAMAHYAAYA WAMAMAATII LILLAAHIRABBIL ‘AALAMIIN.

artinya: Sesungguhnya Sahalatku, Ibadahku, Hidupku Dan Matiku Semuanya Untuk Allah, Penguasa Alam Semesta.

LAA SYARIIKA LAHUU WA BIDZAALIKA UMIRTU WA ANA MINAL MUSLIMIIN.

artinya: Tidak Ada Sekutu Bagi-Nya Dan Dengan Demikianlah Aku Diperintahkan Dan Aku Termasuk Orang-Orang Islam.

AL-FATIHAH
BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM.

artinya: Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

AL HAMDU LILLAAHI RABBIL ‘AALAMIIN.

artinya: Segala Puji Bagi Allah, Tuhan Semesta Alam.

ARRAHMAANIR RAHIIM.

artinya: Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

MAALIKIYAUMIDDIIN.

artiny:Penguasa Hari Pembalasan.

IYYAAKA NA’BUDU WAIYYAAKA NASTA’IINU.

artinya: Hanya Kepada-Mu lah Aku Menyembah Dan Hanya Kepada-Mu lah Aku Memohon Pertolongan.

IHDINASH SHIRAATHAL MUSTAQIIM.

artinya: Tunjukilah Kami Jalan Yang Lurus.

SHIRAATHAL LADZIINA AN’AMTA ‘ALAIHIM GHAIRIL MAGHDHUUBI ‘ALAIHIM WALADHDHAALLIIN. AAMIIN.

artinya: Yaitu Jalannya Orang-Orang Yang Telah Kau Berikan Nikmat, Bukan Jalannya Orang-Orang Yang Kau Murkai Dan Bukan Pula Jalannya Orang-Orang Yang Sesat.
R U K U’

SUBHAANA RABBIYAL ‘ADZIIMI WA BIHAMDIH. – 3 x

artinya: Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung Dan Dengan Memuji-Nya.
I’TIDAL

SAMI’ALLAAHU LIMAN HAMIDAH.

artinya: Semoga Allah Mendengar ( Menerima ) Pujian Orang Yang Memuji-Nya ( Dan Membalasnya ).

RABBANAA LAKAL HAMDU MIL’US SAMAAWATI WA MIL ‘ULARDHI WA MIL ‘UMAASYI’TA MIN SYAI’IN BA’DU.

artinya: Wahai Tuhan Kami ! Hanya Untuk-Mu lah Segala Puji, Sepenuh Langit Dan Bumi Dan Sepenuh Barang Yang Kau Kehendaki Sesudahnya.
SUJUD

SUBHAANA RABBIYAL A‘LAA WA BIHAMDIH. – 3 x

artinya:Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi Dan Dengan Memuji-Nya.

DUDUK DIANTARA DUA SUJUD

RABBIGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WARFA’NII WARZUQNII WAHDINII WA’AAFINII WA’FU ‘ANNII.

artinya: Ya Tuhanku ! Ampunilah Aku, Kasihanilah Aku, Cukupkanlah ( Kekurangan )-Ku, Angkatlah ( Derajat )-Ku, Berilah Aku Rezki, Berilah Aku Petunjuk, Berilah Aku Kesehatan Dan Maafkanlah ( Kesalahan )-Ku.

TASYAHUD AWAL

ATTAHIYYAATUL MUBAARAKAATUSH SHALAWATUTH THAYYIBAATU LILLAAH.

Segala Kehormatan, Keberkahan, Rahmat Dan Kebaikan Adalah Milik Allah.

ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH.

Semoga Keselamatan, Rahmat Allah Dan Berkah-Nya ( Tetap Tercurahkan ) Atas Mu, Wahai Nabi.

ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBADADILLAAHISH SHAALIHIIN.

Semoga Keselamatan ( Tetap Terlimpahkan ) Atas Kami Dan Atas Hamba-Hamba Allah Yang Saleh.

ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH. WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAAH.

Aku Bersaksi Bahwa Tidak Ada Tuhan Selain Allah. Dan Aku Bersaksi Bahwa Muhammad Adalah Utusan Allah.

ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD.

Wahai Allah ! Limpahkanlah Rahmat Kepada Penghulu Kami, Nabi Muhammad !.

TASYAHUD AKHIR

ATTAHIYYAATUL MUBAARAKAATUSH SHALAWATUTH THAYYIBAATU LILLAAH.

Segala Kehormatan, Keberkahan, Rahmat Dan Kebaikan Adalah Milik Allah.

ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH.

Semoga Keselamatan, Rahmat Allah Dan Berkah-Nya ( Tetap Tercurahkan ) Atas Mu, Wahai Nabi.

ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBADADILLAAHISH SHAALIHIIN.

Semoga Keselamatan ( Tetap Terlimpahkan ) Atas Kami Dan Atas Hamba-Hamba Allah Yang Saleh.

ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH. WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAAH.

Aku Bersaksi Bahwa Tidak Ada Tuhan Selain Allah. Dan Aku Bersaksi Bahwa Muhammad Adalah Utusan Allah.

ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD ( tasyahud awal )WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD.

Wahai Allah ! Limpahkanlah Rahmat Kepada Penghulu Kami, Nabi Muhammad Dan Kepada Keluarga Penghulu Kami Nabi Muhammad.

KAMAA SHALLAITAA ‘ALAA SAYYIDINAA IBRAAHIIM WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA IBRAAHIIM.

Sebagaimana Telah Engkau Limpahkan Rahmat Kepada Penghulu Kami, Nabi Ibrahim Dan Kepada Keluarganya.

WA BAARIK ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD.

Dan Limpahkanlah Berkah Kepada Penghulu Kami, Nabi Muhammad Dan Kepada Keluarganya.

KAMAA BAARAKTA ‘ALAA SAYYIDINAA IBRAAHIIM WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA IBRAAHIIM.

Sebagaimana Telah Engkau Limpahkan Berkah Kepada Penghulu Kami, Nabi Ibrahim Dan Kepada Keluarganya.

FIL ‘AALAMIINA INNAKA HAMIIDUMMAJIID. YAA MUQALLIBAL QULUUB. TSABBIT QALBII ‘ALAA DIINIK.

Sungguh Di Alam Semesta Ini, Engkau Maha Terpuji Lagi Maha Mulia. Wahai Zat Yang Menggerakkan Hati. Tetapkanlah Hatiku Pada Agama-Mu.