June 2013
blog ini berisikan bebagai artikel,seperti softwer,aplikasi komputer ,keutamaan,renungan,hadits,kutbah jumat,kata mutiara, cerama,
llmu-ilmu Bahasa Arab:

setelah mengemukakan beberapa urgensi tata bahasa arab dan kemajuanya secara ringkas, berikut ini penulis mengetengahkan penjelasan tentang ilmu-ilmu bahasa Arab selain llmu Nahwu.

Bahasa Arab adalah bahasa yang terjaya dari bahasa-bahasa lainnya, terbanyak pramasastranya, hingga ia dapat melayani kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan disegala bidang.

Untuk mengetahui seluk beluk bahasa Arab yang masyhur itu lebih jauh dan untuk menilai keindahan kalimat baik prosa maupun puisi, maka satrawan-sastrawan arab telah menetapkan 13 cabang ilmu yang bertalian dengan bahasa yang disebut dengan “Ulumul Arabiyah

Ulumul Arabiyah” bisa disebut linguistik Arab itu terdiri dari :
1. Ilmu L-ughah : llmu pengetahuan yang menguraikan kata-kata (lafaz) Arab besamaan dengan maknanya. Dengan pengetahuan ini, orang akan dapat mengetahui asal kata dan seluk beluk kata. Tujuan ilmu ini untuk memberikan pedoman dalam percakapan,pidato, surat-menyurat, sehingga seseorang dapat berkata-kata dengan baik dan menulis dengan baik’ pula.
2. Ilmu Nahwu : Ilmu pengetahuan yang membahas prihal kata-kata Arab, baik ketika sendiri (satu kata) maupun ketika terangkai dalam kalimat. Dengan kaidah-kaidah ini orang dapat mengatahui Arab baris akhir kata (kasus), kata-kata yang tetap barisnya (mabni), kata yang dapat berubah ( mu’rab).

Tujuanya adalah untuk menjaga kesalahan-kesalahan dalam mempergunakan bahasa , untuk menghindarkan kesalahan makna dalam rangka memahami AI-Quran dan Hadist, dan tulisan-tulisan ilmiah atau karangan.

Alam tata bahasa/ sintaksis Arab, dikenal istilah Fi’iil dan Harf, jumlah Islamiyah dan Fi’liyah serta Syibhu jumlah. Dalam ilmu Nahwu banyak lagi istilah dan persoalan yang dihadapi dapat diteliti dari buku-buku bahwa yang banyak tersebar. Yang dikenal memprakarsai Nahwu adalah Ali bin Ali Thalib beserta sahabatnya.

Peristilahan Nahwu yang berpengaruh kepada bahasa Indonesia adalah yang dikarang oleh Abul Aswat Adduali dan Sibawaihi yang terlebih dahulu dikenal orang Barat. (keterangan lanjutan dapat dilihat dari buku Sejarah Studi bahasa Indonesia oleh Drs. Ahmad Samin 1982. Diktat Fakultas Sastra USU).
3. Ilmu Sarf (morfologi Arab). Ilmu pengetahuan yang menguraikan tentang bentuk asal kata, maka dengan ilmu ini dapat dikenal kata dasar dan kata bentukan, dikenal pula afiks, Sufiks dan infiks, kata kerja yang sesuai dengan masa. Penciptaan llmu Sarf ini adalah Muaz bin Muslim.
4. Ilmu Isytiqaq : Ilmu pengetahuan tentang asal kata dan pemecahannya, tentang imbuhan pada kata (hampir sama dengan ilmu Sarf)
5. Ilmu L-’arudh : Yang membahas hal-hal yang bersangkutan dengan karya sastra syair dan puisi. llmu Arudh memberitahukan tentang wazan-wazan (timbangan) syair dan tujuanya adalah untuk membedakan proses dalam puisi membedakan syair dan bukan syair .Dengan ilmu arudh ini dikenal bahar syair seperti berikut ini : bahar thawi, bahar madid, bahar basith, bahar wafir, bahar kamil, bahar hijaz, bahar rozaz, bahar sari’ bahar munsarih, bahar khafif, bahar mudhari, bahar muqradmib, bahar mujtas, bahar mutaqarib, bahar Romawi dan bahar mutadarik.
6. Ilmu Qawafi : yang membahas suku terakhir kata dari bait-bait syair sehingga diketahui keindahan syair. Yang memprakarsai adanya Qawafi ialah Muhallil bin Rabi’ah paman Amruul Qaisy.
7. llmu Qardhus Syi’ri yaitu sejenis ilmu pengetahuan tentang karangan yang berirama (lirik), dengan tekanan suara yang tertentu. Gunanya untuk membantu menghafalkan syair dan mempertajam ingatan pembaca syair.
8. Ilmu khat yaitu pengetahuan tentang huruf dan cara merangkaikannya, termasuk bentuk halus kasarnya dan seni menulis dengan indah dapat dibedakan dalam beberapa bentuk mulai dari khat tsulus, Diwan, Parsi dan khat nasakh. Penemu pertama ilmu khat adalah nabi Idris karena beliaulah yang pertama kali menulis dengan kalam.
9. Ilmu Insyaa yaitu ilmu pengetahuan tentang karang mengarang surat, buku, pidato, cerita artikel, features dan sebagainya. Gunanya untuk menjaga jangan sampai salah dalam dunia karang-mengarang.
10. Ilmu Mukhodarat yaitu pengetahuan tentang cara-cara memperdalam suatu persoalan, untuk diperdebatkan didepan majlis, untu menambah keterampilan berargumentasi, mahir bertutur dan terampil mengungkapkan cerita.
11. Ilmu Badi’ yaitu pengetahuan, tentang seni sastra, Penemu imu ini adalah Abdullah bin Mu’taz. llmu ini ditujukan untuk menguasai seluk beluk sastra sehingga memudahkan seseorang dalam meletakkan kata- sesuai tempatnya sehingga kata-kata tadi berlin bertelindan dengan indah, sedap didengar dan mudah diucapkan.
12. Ilmu Bayan ialah ilmu yang menetapkan beberapa peraturan dan kaedah untuk mengetahui makna yang terkandung dalam kalimat penemunya adalah Abu Ubaidah yang menyusun pengetahuan ini dalam “Mujazu Al-Quran” kemudian berkembang pada imam Ahu T ,qahir disempurnakan oleh pujangga-pujangga Arab lainnya seperti AI-Jahiz, .lbnu Mu’taz, Qaddamah dan Abu Hilal Al- Asikari. Dengan ilmu ini akan diketahui rahasia bahasa arab dalam prosa dan puisi, keindahan sastra Al-Quran dan Hadist.Tanpa mengetahui ilmu ini seseorang tidak akan dapat menilai apalagi memahami isi AL-Quran dan Sabda nabi dengan sesungguhnya.
13. Ilmu Ma’ani ialah pengetahuan untuk menentukan beberapa kaedah untuk pemakaian kata sesuai dengan keadaan (situasi dan kondisi) dalam istilah disebutkan “Muthabiq Lil /muqtadhal Hali” tujuannya untuk mengetahui I’jaz Al-Quran, keindahan sastra Al-Quran yang tiada taranya. Demikian pembagian ilmu L-Arabiyah yang disadur dari (pengantar Sastra Arab(Food Said 1985, 98-106).
Jika ditinjau dari segj perbidangan linguistik maka pembagian ilmu bahasa Arab tersebut diatas termasuk bidang interdisiplioner linguistik yang saling terkait satu dan lainnya. Bidang ilmu Balghah (semantik Arab) terangkum dalam komponen ilmu bayan, Ma’ani dan Badi‘.

Maka apabila dilihat dari keterkaitan ilmu-ilmu yang telah disebutkan itu, tak satupun ilmu bahasa Arab itu diabaikan, namun yang terlebih masyhur dikalangan masyarakat Indonesia yang harus benar-benar dipelajari adalah Ilmu Nahwu saja, ini merupakan anggapan yang keliru. Maka untuk mengetahui kebenarannya , penulis mencoba untuk menguraikan sisi keterkaitanya, pada bab- bab yang lainya..
By RAHIMAH

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
Bookmark and Share
Posted in ilmu nahwu Tagged: bahasa, ilmu nahwu, pendidikan, pengetahuan
no image
blog ini berisikan bebagai artikel,seperti softwer,aplikasi komputer ,keutamaan,renungan,hadits,kutbah jumat,kata mutiara, cerama,
syarah matan jurumiah mp3,pdf,dok,rm: الآجرومية الشيخ/ عبد الكريم الخضير di sini kami akan memberikan informasi tentang mendapatkan atau mendownload kitab syarah jurumiah yang berbentuk mp 3 atau juga berbentuk rm, yang biasanya di buka dengan program real player atau yang sejenisnya, yang mana ada perminta’an-perminta’an untuk memposting kitab yang satu ini, walaupun kami mendapatkan link ini dari situs-situs arab, [...]
blog ini berisikan bebagai artikel,seperti softwer,aplikasi komputer ,keutamaan,renungan,hadits,kutbah jumat,kata mutiara, cerama,
nahwu lisan dan nahwu hati II:

Rasullullah Saw bersabda, “ilmu itu ada dua nacam, yaitu ilmu lisan. Ini adalah argumentasi Allah pada keturunan Adam. Dan ilmu hati. Inilah ilmu yang bisa memberikan manfaat.” ilmu hati adalah keyakinan yang mantap, mengenal Allah dari sifat realitas-realitas lapangan. Inilah nahwu yang berkaitan dengan hati. Inilah nahwu yang hukumnya fardu ain bagi setiap muslim. Ilmu ini untuk mengobati hati dari berbagaai penyakit, seperti hubbu dunya (cinta dunia) yang merupakan pokok berbagai kesalahan, mengkhawatirkan rizki yang telah di jamin oleh Allaah, takut kepada mahluk, riya, ujub, takabbur, keragu raguan dalah aqidah dan penyakit-penyakit lain yang memperlambat proses pengenalaan dan penyaksian kepada Al-Haqq (Al-lah Swt) inilah nahwu hati yang oleh kalangan sufi dinamakaan mahwu (penghilangan) dengan huruf mim (mahwu). Karenaa ilmu ini melenyapkan segalaa isi hati selain Allah.

Ilmu haqiqat merupakan terminal perjalanan mereka. Serta arena perputaran pengembaraan pikiran mereka. Dengan ilmu ini, mereka mencukupkan diri dari segala macam ilmu selain ilmu yang wajib. Semoga Allah meridhoi mereka.

Pernah di tanyakaan kepada seorang wali agung, sayyidi Ahmad bin musa, “apakah anda pernah mempelajari sebagian dari ilmu nahwu?”

dia menjawab, “Aku pernah mempelajari dua bait Al-fiah ibnu malik yaitu :

famaa lana illattibaa’u ahmada (tidak ada yang pantas bagi kami selain mengikuti Nabi Ahmad/muhammad)

dan “famaa ubiihaf’Al wa da’ maa lam yabih’ ( maka lakukanlah apa yang di perbolehkan, dan tinggalkan apa yang tidak di perbolehkan).”
Al-arobi r.a. Berkata : Aku tidak mengerti ilmu nahwu, selain i’rab dari firman Allah Ta’ala : In yakunu Fuqara’ yughnihimullahu min fadhlih ( apabila mereka adalah orang-orang yang faqir maka Allah akan memberi mereka kecukupan, dari keutamaanya. QS. An-Nur[24]:32) in adalah hurup Sayarat dan yughnihim adalah jawab dari syarat. Yang di maksud dengan berkecukupan di sini adaalah kecukupan terbesar. Firman Allah ini merupakan pembicaraan yang di tunjukaan kepada orang-orang yang menghadapkan diri, pada jalur tarekat para pemegang isyaraat.
blog ini berisikan bebagai artikel,seperti softwer,aplikasi komputer ,keutamaan,renungan,hadits,kutbah jumat,kata mutiara, cerama,
awal mula ilmu nahwu II:

dari posting sebelumya ulama ahli nuhat (ulama nahwu) berbeda pendapat tentang siapa yang pertama menyusun ilmu nahwu itu. perbeda’anya dikarenakan bedanya riwayat dan bedanya tarikh (sejarah) dalam penyusunan ilmu nahwu.

untuk pasting kali ini akan saya terangkan terlebih dahulu adalah pendapat yang paling kuat diantara pendapat ulama tentang mas’alah ini.

Adapun orang yang pertama kali menyusun kaidah Bahasa Arab menurut pendapat yang paling kuat adalah Abul Aswad Ad-Duali atau Ad-Da’uli dari Bani Kinaanah atas dasar perintah Khalifah Ali Bin Abi Thalib.

telah berkata ibnu asaakir dalam tarikhnya : dan dikatakan sesungguhya putri Abul Aswad Ad-Duali berkata kepada ayahnya,

مَا أَحْسَنُ السَّمَاءِ

Apakah yang paling indah di langit?”

Dengan mengkasrah hamzah lapadz As-samaa, yang menunjukkan kalimat tanya, karena haraf maa di anggap atau menjadi istifham (tanya). Kemudian sang ayah mengatakan,

نُجُوْمُهَا يَا بُنَيَّةُ

Wahai anakku, Bintang-bintangnya

Namun sang anak menyanggah dengan mengatakan,

اِنَّمَا اَرَدْتُ التَّعَجُّبَ

Sesungguhnya aku ingin mengungkapkan (yang ku maksud) kekaguman

Maka sang ayah mengatakan, kalau begitu ucapkanlah,

مَا اَحْسَنَ السَّمَاءَ

Betapa indahnya langit.” dengan me’nasobkan (fatah) pada lapadz As-samaa.

Bukan,

مَا اَحْسَنُ السَّمَاءِ

Apakah yang paling indah di langit?” Dengan memfathahkan hamzah,.

disini terlihat, dengan perbeda’an harkat saja, ma’na bahasa arab jadi ngawur dari kalimat ta’ajub (kekaguman) menjadi kalimat istifham (tanya) yang akhirnya akan menimbulkan kesalah pahaman.

telah berkata ibn Al-anbari

ia (Abul Aswad Ad-Duali) telah mendengar sang qari membaca surat At-Taubah ayat 3 dengan ucapan,

أَنَّ اللهَ بَرِىءٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولِهُ

Dengan mengkasrahkan huruf lam pada kata rasuulihi yang seharusnya di dhommah. Menjadikan artinya “…Sesungguhnya Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan rasulnya..”dengan mengatopka lapad rosul kepada lapad musyrikin, seolah-olah rasul di sama hukumkan dengan orang mysyrik.  hal ini menyebabkan arti dari kalimat tersebut menjadi rusak dan menyesatkan.

Seharusnya kalimat tersebut adalah,

أَنَّ اللهَ بَرِىءٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُوْلُهُ

Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin.”

Karena mendengar perkataan ini, Abul Aswad Ad-Duali menjadi ketakutan, ia takut keindahan Bahasa Arab menjadi rusak dan gagahnya Bahasa Arab ini menjadi hilang, padahal hal tersebut terjadi di awal mula daulah islam. Kemudian hal ini disadari oleh khalifah Ali Bin Abi Thalib, sehingga ia memperbaiki keadaan ini dengan membuat pembagian kata, bab inna dan saudaranya, bentuk idhofah (penyandaran), kalimat ta’ajjub (kekaguman), kata tanya dan selainnya, kemudian Ali Bin Abi Thalib berkata kepada Abul Aswad Adduali,

اُنْحُ هَذَا النَّحْوَ

Ikutilah jalan ini

Dari kalimat inilah, ilmu kaidah Bahasa Arab disebut dengan ilmu nahwu. (Arti nahwu secara bahasa adalah arah )

Kemudian Abul Aswad Ad-Duali melaksanakan tugasnya dan menambahi kaidah tersebut dengan bab-bab lainnya sampai terkumpul bab-bab yang mencukupi.

Kemudian, dari Abul Aswad Ad-Duali inilah muncul ulama-ulama Bahasa Arab lainnya, seperti Abu Amru bin ‘alaai, kemudian al Kholil al Farahidi al Bashri ( peletak ilmu arudh dan penulis mu’jam pertama) , sampai ke Sibawai dan Kisai (pakar ilmu nahwu, dan menjadi rujukan dalam kaidah Bahasa Arab).

Seiring dengan berjalannya waktu, kaidah Bahasa Arab berpecah belah menjadi dua mazhab, yakni mazhab Basrah dan Kuufi (padahal kedua-duanya bukan termasuk daerah Jazirah Arab). Kedua mazhab ini tidak henti-hentinya tersebar sampai akhirnya mereka membaguskan pembukuan ilmu nahwu sampai kepada kita sekarang.

Demikianlah sejarah awal terbentuknya ilmu nahwu, di mana kata nahwu ternyata berasal dari ucapan Khalifah Ali bin Abi Thalib, sepupu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Referensi:

Al-Qowaaidul Asaasiyyah Lil Lughotil Arobiyyah

sababu wad’i ilmi Al-arobiah
blog ini berisikan bebagai artikel,seperti softwer,aplikasi komputer ,keutamaan,renungan,hadits,kutbah jumat,kata mutiara, cerama,
awal mula ilmu nahwu I:

ilmu nahwu adalah ilmu yang di adakan (di bid’ahkan, so pasti bukan dolalah) pada zaman tabi’in, karena pada zaman rasulullah SAW, ilmu nahwu itu belum ada, di karenakan bahasa arab pada waktu itu masih terjaga utuh, dan Al-quran pada zaman itu juga belum ada harkatnya, dan menurut sejarah mengatakn, Al-quran pada waktu itu belum ada nukhtahnya (titik-titik yang membedakan huruf) dan harkatna dikarenakan para sohabat benar-benar mengerti dan faham akan bahasa sorga ini, di samping belajar kepada rasullulah SAW yang mempunyai sifat fasih dalam mengucapkan bahasa, sehingga rasullullah SAW berkata “aku adalah orang yang paling fasihat dalam mengucapkan huruf dzod” (lihat huruf hijaiyah)
waktu telah berubah, dimana umat islam yang jauh dari para ulama, tidak mengetahui sepenuhnya akan bahasa sorga ini, akhirnya banyak di antara umat islam yang salah dalam membaca surat-surat dari amirul mu’minin atau dalam membaca Al-quran, yang di takutkan akan menjadi kesalah pahaman dalam bahasa dan dalam mema’nai al-quran, akhirnya sampailah berita-berita itu kepada amirul mu’minin, yang menyebabkan pembaharuan (pembid’ahan) dalam bahasa arab.
dalam masalah pembaharuan bahasa arab, menurut beberapa sumber, intinya itu ada dua katagori.
1.katagori pembentukan nukhtahnya (titik-titik pembeda huruf)

2. katagori pembentukan i’rob (pembeda harkat)
kategori pertama lahir (di bid’ahkan) pada zaman umar utsman, yang menjadiakan pembentukan mushaf (pembukuan Al-quran)

kategori kedua lahir pada zaman ali bin abi tholib karomAllahu wajhah, dengan perintahya kepada Abu Aswad Ad-Duali atau bisa juga di sebut Abu Aswad Ad-Da’uli (menurut beberapa sumber) dengan pembentukan ilmu nahwu dari isim fi’il dan haraf.
untuk terusan mas’alah sejarah dari asal mula ilmu nahwu, insyaAllah akan kami terangkan di posting-posting berikutnya, karena banyak pendapat dan riwayat yang menerangakan sebab dan asal-usulnya ilmu nahwu.